Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Balada Uang Logam Recehan

30 Desember 2016   11:49 Diperbarui: 2 Januari 2017   17:34 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkan anda melihat seseorang, atau malah anda sendiri?, melecehkan uang logam recehan? Gue pernah, bahkan sering melihat.. tapi bukan gue yang melecehkan lho ya.

Misalnya suatu hari gue beli koran di kios pinggir jalan. Koran yang harganya Rp. 1.500, gue beli dengan menyodorkan sebuah uang logam recehan Rp. 1.000, sebuah uang logam Rp. 200 dan ditambah tiga buah uang logam Rp. 100. Si ibu penjual koran pun menolak yang recehan Rp. 200 dan Rp. 100 tapi menerima yang Rp. 1.000. Katanya, “Udah ngga laku pak!”... (?).

Atau suatu ketika gue bayar parkir kepada juru parkir liar bertampang preman. Gue kasih uang logam recehan campur-campur pokoknya berjumlah Rp. 3.000. Dari kaca spion gue liat, si preman memilah-milah uang recehan di tangannya, yang tidak berkenan di hatinya dibuang begitu saja ke aspal jalan ... (??).

Dan paling sering jika kita belanja di minimarket. Misal total belanja Rp. 123.400 dan kita kasih Rp. 125.000, apakah kembaliannya Rp. 1.600 atau Rp. 1.500? Kalau kita meleng dan tidak teliti, kebanyakan sih dikembaliin Rp. 1.500 dengan alasan tidak ada uang logam Rp. 100, itupun si kasir tidak bicara apa-apa, hanya mengucapkan, “Terima kasih, silahkan datang kembali” ... (???). Beda jika kurangnya Rp. 500 atau Rp. 1.000, biasanya dikasih permen.

Apapun alasannya, kebanyakan orang Indonesia sudah tidak menghargai uang logam recehan Rp. 100 dan Rp. 200. Nilai uang logam terkecil bagi mereka adalah uang logam Rp. 500. Kalau mau bukti lagi, coba aja Anda letakan uang logam Rp. 100 dan Rp. 500 di jalan, pasti yang hilang duluan uang logam yang Rp. 500.

Makanya, gue agak terkejut ketika Pemerintah mengumumkan akan mengedarkan empat uang logam baru yang nilai nominalnya Rp. 100, Rp. 200, Rp. 500 dan Rp. 1.000. Lho, kenapa uang logam recehan Rp. 100 dan Rp. 200 diproduksi lagi? Gue pikir kedua uang logam itu akan dibiarkan hilang dengan seleksi alam seperti nasib uang logam Rp. 5, Rp. 10, Rp. 25 dan Rp. 50.

Bahkan, uang logam baru ini bergambar pahlawan. Ini artinya, Pemerintah masih menghargai uang logam recehan Rp. 100 dan Rp. 200. Dan sepertinya berharap agar masyarakat juga menghargai uang logam recehan tersebut dengan menampilkan wajah pahlawan disana.

Masyarakat jangan sok ngga butuh dengan uang logam recehan Rp. 100 dan Rp. 200. Berapa pun nilai uangnya, jika kurang Rp. 100 maka tetap saja dianggap korupsi. Terimalah uang logam recehan itu dan hargailah pahlawan negeri ini.

Dan kepada pemilik minimarket, supermarket, department store dan sejenisnya, jangan pasang harga yang aneh-aneh, misalnya Rp. 99.900 atau Rp. 22.999 dan seterusnya. Ini juga bikin dampak psikologis bagi masyarakat untuk tidak menghargai uang logam recehan dengan mengabaikan kekurangan kembalian.

Mari hargai uang logam recehan!

Foto kompas dot com
Foto kompas dot com
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun