Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Berita Digoreng Kesana Kemari

29 April 2015   11:12 Diperbarui: 2 November 2024   09:22 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hotel Grand Sahid Jakarta, Rabu 20/02/2013, kala itu pak SBY mengaku 'dihajar' media massa di Indonesia dalam pidato pembukaan acara Rakernas Asosiasi Pemerintah Kabupaten se-Indonesia (APKASI) ke IX dan Perhimpunan Penyuluh Tani (PERHIPTANI) ke X.

"Saya pernah dihajar. Statement saya dipotong, dilepas dari konteksnya. Digoreng ke sana kemari," kata pak SBY. "Akhirnya saya hanya mengatakan: ya Allah, menyampaikan statement seperti itu tapi banyak yang kreatif. Akhirnya pelintir ke sana kemari. Ini tidak perlu lah sebenarnya".

Beda dengan pak SBY, pak Jokowi malah menganggap berita-berita itu sebagai fungsi kontrol dari media. “"Saya enggak pagi, enggak malam, buka media mainstream, online sampai media kecil saya baca semuanya. Sehingga kalau dia nulis aneh-aneh yang melintir saya makan semuanya. Karena apapun itu adalah fungsi kontrol," tutur pak Jokowi, Senin (27/4/2015).

Media di era reformasi memang ganas terlebih sejak maraknya media online. Entah apakah karena persaingan bisnis atau rating, yang jelas media berusaha menampilkan judul-judul yang bombastis dari berbagai sudut untuk menarik perhatian konsumen.

Hal ini diperparah dengan persaingan antar sesama para jurnalis itu sendiri. Masing-masing jurnalis berusaha menampilkan sesuatu yang lain dari pada rekan-rekannya, tentu agar mereka tetap bisa eksis ditempatnya bekerja. Beberapa diantaranya memang sukses membuat tulisannya meledak di pasaran.

Sayang, terkadang tulisan yang “meledak” tersebut malah menjadi polemik di masyarakat bahkan dikalangan elit negeri ini. Apalagi masyarakat media sosial lebih senang me-retweet judul beritanya saja tanpa baca isi berita. Alhasil urusan jadi ruwet.

Ambil contoh berita dibawah ini.

Sumber gambar: detiknews.com
Sumber gambar: detiknews.com

Jika anda membaca judulnya saja di Twiter misalnya, lalu me-retweet, maka dijamin ratusan bahkan ribuan follower anda akan mempunyai pikiran yang sama dengan judul tersebut.

Tapi, tahukah anda jika anda membaca isi berita maka persepsi yang anda dapatkan akan lain.

Didalam berita tertulis seperti ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun