Mohon tunggu...
Jim jim
Jim jim Mohon Tunggu... Auditor - Penikmat

Ngteh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terus Jalani

4 April 2021   00:45 Diperbarui: 4 April 2021   00:52 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesaat sebelum berangkat Ayah berpesan kepada Ani untuk tidak membukakan pintu apapun yang terjadi setelah kepergiannya. Ani teringat bahwa Ayahnya pernah adu mulut dengan Pak Alex, Jawara Silat tingkat kelurahan yang didaulat sebagai preman terkuat di pasar minggu. Ayah dengan langkah gontai pun pergi berlalu entah kemana. di lain sisi Ani masih tak bergeming ditempatnya tadi, sembari memegang sebilah pisah berkarat di tangan kanan dan sebilah kayu cemara di tangan kiri, double protektor. beberapa jam kemudian si kecil Ali merengek pengen ketemu Ayahnya. "kak Ayah kemana udah malam belum pulang" tanya Ali penuh penuh tangis. "Ayah masih kerja, Ali tidur aja nanti kakak bangunin kalo Ayah udah pulang" sahut Ani berusaha menenangkan adik kecilnya. waktu menunjukan pukul 12 malam. Ani masih terjaga, masih tak bergeming di daun pintu menunggu kepulangan Ayahnya. tak berselang lama daun pintu berbunyi "tok, tok, tok" suara itu semakin jelas sementara Ani ketakutan. derah keringat dingin bercucuran membasahi tubuh, tertiup angin malam menambah tak karuan. Ani perlahan menengok tirau jendela. terlihat wanita paruh baya bermabut panjang berdiri di depan pintu, sosok wanita tersamarkan oleh pekatnya malam, remang-remang merinding. "tok-tok-tok" suara itu semakin jelas, keras. Ani berusaha mengucapkan kata untuk menanyakan itu siapa. namun usahanya tak berjalan baik. rasa takut di dalam tubuhnya lebih mendominasi. di tengah kegelisahan itu Ani menemukan ide agar tau di depan itu siapa. dia pun berlari menuju dapur mencari seneter kecil pemberian kakeknya dulu waktu masih kecil. Berasambung.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun