Mohon tunggu...
M Fadli
M Fadli Mohon Tunggu... -

Jim Bulls, Jokam, Parkour, Straight Edge, Reporter, Reader, Writer, Prayer, Loner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Seorang Suami

2 Maret 2015   19:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berpacu dengan waktu. Semuanya akan berakhir bila aku datang terlambat. Kedua pasangan ini akan berakhir di pengadilan perceraian kalau motor yang membawaku tidak sampai tepat waktu. Entah sudah berapa lampu merah kuterobos. Beberapa pengguna jalan lain terlihat mencaci maki akibat ulahku tersebut. Tapi demi sebuah keutuhan rumah tangga, aku harus menerima itu semua dan berharap segera sampai ke tujuan. Karena kesalahpahaman antara kedua pasangan ini harus segera dihentikan.

Seminggu yang lalu, sang istri, Tika Subarkah, seorang wanita dari kalangan terhormat datang masuk ke kantorku. Ia memintaku - yang diam-diam membuka agensi detektif swasta - untuk menyelidiki kecurigaan dirinya terhadap suaminya, Anton Subarkah yang dianggap telah selingkuh dengan seorang wanita yang tidak dikenal. Menurut sang istri, ia menemukan kejanggalan akan sikap suaminya akhir-akhir ini. Ia terkadang mulai pulang terlambat dengan alasan karena harus meeting. Selain itu, tercium aroma parfum di setiap kemeja kerjanya yang tentunya berbeda dengan parfum yang biasa ia pakai. Semua kecurigaan ini dibawa ke hadapanku. Nyonya Subarkah ingin aku mencari bukti perselingkuhan suaminya dan mencari tahu siapa sosok wanita lain selingkuhannya tersebut.

"Saya akan usahakan," ujarku kepada Nyonya Subarkah. "Tapi apa pun yang nanti, maksud saya, bukti yang nanti saya temukan, saya harap Nyonya tetap bisa berpikir jernih. Saya tidak berharap menemukan nama suami anda, atau bahkan nama anda sendiri di berita besok pagi dalam keadaan tak bernyawa akibat pertengkaran rumah tangga."

"Itu urusan saya! Kamu dibayar hanya untuk mencari bukti," Nyonya Subarkah berkata dengan ketus sambil melempar tumpukan uang. "Ini uang mukanya. Sisanya akan kutambah begitu kau sudah mendapatkan bukti."

Gapura pintu masuk kawasan elit Perumahan Alam Sutera sudah mulai nampak. Aku segera terbangun dari lamunanku dan menyadarai aku sudah hampir tiba. Rumah besar di deretan keempat adalah tujuanku. Dari luar saja, nuansa kekisruhan sudah mulai terasa saat aku mematikan starter motorku sambil terus meringsek ke halaman rumah. Beberapa asisten rumah tangga terlihat cemas saat ku mulai masuk dan menyapa mereka.

"Nyonya dan Tuan ribut besar, den. Semua barang-barang dipecahin. Anak-anak mulai pada menangis," celoteh seorang pembantu yang berusia setengah baya dengan tampang memelas. Ia dan para PRT lainnya nampaknya tak berani masuk ke dalam rumah.

Aku langsung membuka pintu dan masuk melewati ruang tamu menuju ruang keluarga, tempat terjadinya peperangan rumah tangga.

Suasana ruang keluarga mulai porak-poranda. Di sudut ruangan, Nyonya Subarkah terlihat sedang mengintimidasi suaminya. Tangan kanannya sedang memegang sebuah laptop berwarna hitam. Dari gelagatnya, laptop tersebut akan berakhir di lantai dan pecah berantakan. Sebelum semua itu terjadi, aku langsung melesat maju dan menahan tangan Nyonya Subarkah. Sang istri pun kaget melihat kedatanganku, begitu pula dengan sang suami.

"Nah ini dia! Tukang ikut campur urusan orang lain! Kamu tidak tahu apa-apa, malah akhirnya memfitnah" teriak Tuan Subarkah yang langsung menyemprotku. Sebelum ia melanjutkannya, sang istri sudah memotong kalimatnya.

"Kau sudah tertangkap basah! Bukti-bukti foto darinya telah membuktikkan kau selingkuh dengan seorang gadis itu. Pokoknya aku nggak mau tahu, aku minta cerai!"

Aku harus segera mengakhiri kekisruhan ini. Memang harus kuakui, akulah sumber pertikaian hari ini. Karena kemarin malam, aku telah memberikan beberapa lembar  foto kepada Nyonya Subarkah yang akhirnya membuat ia naik pitam. Namun aku tak menyangka kalau ia langsung berasumsi dan menghakimi secepat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun