[caption id="attachment_325300" align="aligncenter" width="150" caption="Rusyda Amrina"][/caption]
“T
ing... ting...” merayap tanganku mencari asal bunyi yang kudengar. Walaupun mataku masih terpejam tapi aku tau letaknya karena hampir setiap malam pasti kuletakkan disitu. Ya, handphone itu yang kucari. Setelah kudapatkan lalu kumulai membuka mata,tepat pukul 05.00 WITA Ternyata ada telpon dari kamu name contact nya terbaca my_ways (ku edit :p )
Aku tak butuh pengakuan
tapi,mengapa akutak menyapamu
padahal sejak dulu kau ada di situ
mengapa tidak sejak itu aku menjabat tanganmu
agar aku bisa merasakan hangatnya cintamu
yang mampu menembus dinding-dinding beku
Ketika ada semponi merdu
di situ ada nyanyimu
Ketika daun ilalang digoyang bayu
di situ ada gerakmu
manakala aku bercermin pada lautmu
di situ ada wajahmu
Ah, mengapa aku lugu dan dungu
tak mencintai cinta kasihmu dari dulu. . .
sederet kalimat santun ini ku persembahkan untukmu yang dulu tak mengenalku,setelah sekian lama ternyta kau mampu membuatku terpaku, ah . . . emang aku yang dungu/////
Sungguh aku tak lampau risau akan tangan kiri-ku aku cuma malu bila tangan kananmu membelaiku. . . sudahlah tak perlu mengingat masa lalu sekarang hanya senyum manismu
yang mampu menghantarkan aku ke kamar pengantinmu, Nite my ways :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H