Mohon tunggu...
jikusore
jikusore Mohon Tunggu... -

sekali menulis, setiap kali menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gondrong Radikal

4 Maret 2017   18:14 Diperbarui: 4 Maret 2017   18:16 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini berita di layar tivi selalu memunculkan satu kata yang bila terus didengarkan akan melahirkan trauma berkepanjangan. Radikal sudah menjadi momok tersendiri yang mengganggu kehidupan masyarakat negeri ini terutama kehidupan berbangsa dan bernegara, kita pun sudah sedemikian melihat radikal dalam frame hitam dan putih dimana radikal diletakkan di frame hitam sedangkan yang bukan radikal pada frame putih.

Namun kali ini saya pribadi tak ingin berkomentar lebih jauh tentang hal tersebut, selain karena keterbatasan pengetahuan saya, juga tulisan ini lebih jauh bukanlah ingin membahas gerakan-gerakan radikalisme yang banyak ditayangkan di layar tivi.

Gondrong radikal, semoga tidak menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat indonesia, walaupun di zaman modernisasi yang tengah berlangsung saat ini masih ada kaum hawa yang berpikir bahwa gondrong identik dengan sesuatu yang negatif, pemikiran seperti ini harusnya juga ikut termodernkan lewat perkembangan zaman.

Menjadi gondrong adalah menjadi radikal, sebab gondrong menyangkut hal-hal yang prinsipil dalam hidup, dimana jika sebagian besar lelaki bisa menggunting rambutnya setiap bulan mengikuti trend hairstyle yang sedang digemari mayoritas umat manusia, maka menjadi gondrong adalah madzhab tersendiri yang menabrak langsung aturan baku dalam kehidupan masyarakat terutama penilaian mereka terhadap bagaimana seharusnya lelaki bergaya.

Gondrong bukanlah sekelompok minoritas yang anti kebersihan, justru menjadi gondrong menuntut upaya lebih untuk dapat memperhatikan rambut lebih dari bagian tubuh lainnya, gondrong bukanlah kaum minoritas yang tak memiliki prinsip dalam melihat hidup dan kehidupan apalagi sampai dituding anti kemajuan.

Menjadi gondrong secara radikal adalah pilihan hidup dimana gondrong acapkali diidentikkan dengan kebebasan bagi penganutnya, kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan tanpa tanggung jawab namun lebih dari itu kebebasan dalam menjadi gondrong adalah kebebasan yang membebaskan manusia dari belenggu-belenggu egoisme individual, faktanya banyak sekali aktifis yang bergerak pada lintas bidang memilih untuk menjadi gondrong sebagai simbol perlawanan terhadap kepentingan pribadi diatas kepentingan umat.

Gondrong bukanlah tujuan pencapaian tetapi gondrong adalah proses menuju pencapaian.

25 februari 2017.

Memilih menjadi gondrong bukanlah keputusan tanpa konsekuensi, tapi selalu ada cerita menarik yang dapat dipelajari perihal gondrong, terutama sebab musabab seseorang memilih untuk menjadi gondrong, menjadi gondrong bukanlah tujuan akhir pencapaian manusia tapi lebih pada bagaimana proses menuju pencapaian tersebut.

Gondrong radikal pada gilirannya adalah ikhtiar menempatkan manusia pada posisi berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, dikemudian hari segala bentuk diskriminasi haruslah di hilangkan dalam bentuk tindakan lebih-lebih lagi pemikiran, tak perlu lagi pembedaan berdasarkan warna kulit apalagi panjang rambut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun