Daripada kupermainkan hatimu lebih baik kumainkan kata-kata
Dalam rupa seribu bait puisi lewat diksi yang kupungut dari maki-maki hati
Yang tak kubiarkan meluncur dari bibirku yang terkunci
Karena pahit yang memenuhi dada
Tak ingin kumuntahkan sebab jijik pandangmu padaku belum usai
Hingga kumenangis darah karena kezalimanmu.
Seberapa penting dirimu sehingga harus ku korbankan waktu lebih lama menghempas kebahagiaan yang harusnya menjadi hakku.
Kucukupkan tangisku sebab masa depanku lebih penting dari pada tangisku yang mengering
Dendamku padamu akan kuwujudkan sabagai rupa keindahan
Semakin indah hidupku semakin kau berkaca diri
Tengoklah, betapa telah kumerdekakan hidupku dari belenggu sebabmu
Ironis tapi akan kubuktikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H