Wayang golek merupakan jenis kesenian Sunda, Jawa Barat. Dipentaskan oleh seorang dalang yang memainkan boneka kayu. Tokoh-tokoh boneka kayu tersebut antara lain Hanoman, Aswatama, Arjuna, Gatot Kaca, Bambang Kaca, Dewi Drupadi, Gareng, Semar, Cepot, dan Dawala. Yang dimana diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Wayang sering dikatakan diambil dari kata bayang, karena wayang dianggap "bayang- bayang" kehidupan manusia.
Seperti halnya alur cerita pada pertunjukan wayang golek pada umumnya, pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon baik berupa alur maupun gubahan yang diambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan diiringi gamelan Sunda (salndro) yang terdiri dari dua saron peking, selentem, bonang, bonang rincik, kenong, sepasang goong (kempul dan goong), plus kendang (satu kendang indung dan tiga kulanter), gambang dan rebab. (Wikipedia)
penyebaran wayang golek di Jawa Barat semasa Pemerintahan Raden Patah dari Kerajaan Demak. Lalu, wayang golek disebarkan oleh Wali Songo. Awalnya, pertunjukkan wayang golek diselenggarakan oleh priyayi atau kaum bangsawan Sunda, baik di lingkungan istana atau kabupaten. Pertunjukkan wayang golek dilakukan untuk kepentingan pribadi maupun keperluan umum. Bagi masyarakat Jawa Barat, kecuali Cirebon dan Indramayu. wayang golek disebut dengan wayang golek saja. Sedangkan, masyarakat Cirebon dan Indramayu menyebutnya dengan wayang golek purwa. (Kompas.com)
wayang golek kini lebih dominan digunakan sebagai seni pertunjukan hiburan rakyat yang mempunyai fungsi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, baik spiritual maupun material. Hal ini terlihat pada beberapa kegiatan masyarakat yang dilakukan pertunjukan wayang golek, diantaranya adalah khitanan, perkawinan, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H