Mohon tunggu...
Jihan Salsabila Sulistyawan
Jihan Salsabila Sulistyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student

An undergraduate student of Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren Hustle Culture, Ambisi Berakibat Tragedi

15 Juni 2022   00:06 Diperbarui: 15 Juni 2022   00:46 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah kamu merasa harus menyelesaikan semua tugas dengan terburu-buru? atau mungkin kamu mengejar kecepatan, ketangguhan, hingga bekerja keras setiap hari secara terus menerus? Hati-hati, Mungkin kamu terjebak dalam fenemona yang dikenal dengan nama hustle culture. Hustle culture pada umumnya dikenal sebagai budaya dimana seseorang memaksakan dirinya sibuk atau bekerja dalam waktu yang konstan diluar kemampuan yang dimilikinya. 

Menurut Australian National University, bekerja lebih dari 40 jam seminggu berisiko buruk bagi kesejahteraan. Kesejahteraan disini diakibatkan karena fenomena hustle culture yang mengakibatkan overwork tidak  hanya memberikan hasil negatif bagi kesehatan fisik, tetapi kesehatan mental juga turut dipertaruhkan.

 Sayangnya, masih banyak yang menyepelekan tentang fenomena hustle culture ini. Menurut Alex Kim, melalui bukunya  bahkan menyebutkan jika kebanyakan karyawan modern hanya produktif selama 4 jam saja dalam sehari.

 Lalu bagaimanakah cara untuk mengindari hustle culture ini? 

  1. Bangun rutinitas di sekitar hal-hal seperti olahraga dan tidur, serta makan makanan sehat dan istirahat sepanjang harimu. Dengan cara ini, akan lebih mudah bagi kamu untuk tetap melakukan rutinitas ini bahkan ketika merasa lelah atau lapar (yang sering terjadi jika kita tidak menjaga diri kita sendiri).

  2. Kembangkan hasrat untuk pekerjaan yang memuaskanmu. Jika ada sesuatu yang benar-benar kamu nikmati, akan lebih mudah untuk meluangkan waktu untuk itu dan meluangkan waktu ekstra saat dibutuhkan---dan jika tidak ada hasrat yang terlibat, lalu mengapa kamu ingin menghabiskan semua waktu itu?

  3. Latih kefokusan di tempat kerja dengan mengatur timer sehingga setiap tugas memiliki titik akhir; ini membantu menjaga kita agar tidak tersesat dalam tugas pekerjaan kita tanpa mengetahui ke mana perginya waktu! Ini juga mencegah kelelahan karena kita bisa bangun dari meja kita sesekali - bahkan hanya selama lima menit sebelum kembali lagi segera setelahnya.

  4. Bersikaplah lebih baik terhadap diri sendiri! Perhatikan bila memungkinkan; jika tidak sekarang maka pasti nanti di kemudian hari hal ini akan segera berperan

Kami berharap saran kami bermanfaat bagi kamu. Ingat, tidak ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan apakah seseorang harus bekerja dalam hustle culture. Di dunia di mana orang terus-menerus membandingkan kinerja mereka satu sama lain, rasanya seperti kita bersaing dengan orang lain. 

Tetapi kenyataannya adalah bahwa kebanyakan dari kita memiliki sedikit kendali atas apa yang dilakukan orang lain dan bagaimana mereka menjalani hidup mereka. Kita hanya bisa mengendalikan diri kita sendiri, jadi kita harus melakukan yang terbaik untuk mencapai keseimbangan antara terburu-buru dan santai. Selama kita mengingat hal ini, mungkin suatu hari akan ada lebih banyak ruang untuk istirahat dalam hidup kita daripada sebelumnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun