Mohon tunggu...
Jihan Nasywa
Jihan Nasywa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama saya Jihan Nasywa Maulida. saya lahir di Bekasi pada tanggal 1Mei 2005 sekarang saya berkuliah di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karya Sastra Angkatan tahun 1929, Karya Tulis Sutan Sati

31 Oktober 2024   21:30 Diperbarui: 31 Oktober 2024   21:51 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: Sengsara Membawa Nikmat

Penulis: Tulis Sutan Sati

Penerbit: Balai Pustaka

Biografi Pengarang 

Tulis Sutan Sati dilahirkan di Bukittinggi, Padang. Pada tahun 1998, semasa hidupnya, ia pernah menjadi seorang gur. Kemampuan mengarangnya terasah ketika menjadi salah satu redaktur di penerbitan yang ketika itu dimilki Belanda, Balai Pustaka. Beliau meninggal pada pada saat kedudukan Jepang, tepatnya pada tahun 1942. 

Sepenggal Cerita Novel "Sengsara Membawa Nikmat" 

Ditengah keramaian kehidupan, Novel ini menghadirkan kisah seorang pemuda yang memiliki kebaikan hati dan ketangguhan jiwa. Kejujuran dan kesederhanaannya menjadikan sosok Midun dikagumi dan disayangi oleh banyak orang di kampungnya tersebut. Midun memiliki akhlak yang baik seperti baik hati, penyayang, soapn, santun, serta tulus dan ikhlas dalam segala hal. Ia juga memiliki keahlian dalam bidang ilmu bela diri, Midun dijadikan panutan bagi masyarakat sekitar. Kebaikan yang dimiliki Midun justru menimbulkan kecemburuan di hati Kacak, seorang keturunan yang kaya raya, ia memiliki sifat tinggi, sombong, keras kepala, memilkki tutur bahasa yang kasar.  Ia tak mampu melihat keindahan jiwa Midun, dan malah terjebak dalam ambisi yang gelap, sifat-sifat negatif inilah yang mengantarkan kacak menjadi peran yang memiliki sifat antagonis, sekaligus menjadi dasar konflik dan rintangan dalam cerita kehidupan Midun. Kegelapan hati Kacak membawanya untuk menjatuhkan Midun, ia menjebak, menyiksa, bahkan nyaris membunuh nyawa Midun. Kemahiran Midun menjadi pelindung dirinya dari segala ancaman yang menghampirinya. 

Kehadiran tokoh Kacak dalam cerita ini bukan hanya untuk memperkuat tokoh karakter Midun, tetapi juga untuk memperlihatkanbahwa setiap kebaikan yang kita lakukan pasti memiliki potensi munculnya suatu kejahatan. Kisah Midun dalam novel ini bukan hanya sebuah cerita fiksi tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kuhur dan juga kekuatan karakter manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun