Mohon tunggu...
jihan nabila
jihan nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas jember

Menyukai bahasa inggris

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Keraton Kasepuhan Cirebon: Sejarah, Tradisi, dan Makna Filosofis dalam Memperkuat Identitas Nasional

14 September 2024   20:41 Diperbarui: 14 September 2024   20:55 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  1.1 Pancaratna dan Pancaniti/dokpri

berikut adalah bagian-bagian dari Keraton Kasepuhan Cirebon yang mencakup berbagai area penting:

1. Gerbang Utama - Pintu masuk utama ke kompleks keraton.

Keraton Kasepuhan memiliki dua pintu gerbang utama dengan Kreteg Pangrawit di utara, Pangrawit dimaknai sebagai Pangrawit, artinya manusia harus berjiwa halus dan baik budi. dan Lawang Sanga di selatan yang merupakan pintu sembilan, ke sembilan pintu ini menggambarkan sembilan lubang yang ada pada tubuh manusia. Dulunya Lawang Sanga ini dibangun dan digunakan sebagai tempat masuk perahu dari berbagai kerajaan, ada yang berasal dari Tiongkok, Persia, Arab dan sebagainya. Hal ini semakin memberikan bukti akan terbukanya warga negara Indonesia terhadap bangsa-bangsa luar dan budaya yang dibawanya.

2. Pancaratna dan Pancaniti

Setelah melewati Kreteg Pangrawit, pengunjung akan sampai di bagian depan keraton, di mana terdapat dua bangunan utama, yaitu Pancaratna dan Pancaniti.

Gambar  1.1 Pancaratna dan Pancaniti/dokpri
Gambar  1.1 Pancaratna dan Pancaniti/dokpri

Pancaratna sendiri artinya lima panca indra yang harus dijaga, yakni mulut, mata, telinga, hidung dan nafsu. Artinya manusia harus menjaga dalam hal bicara, melihat, mencium dan dalam mengendalikan hawa nafsu.

Pancaniti berasal dari kata Panca yang artinya Jalan, dan Niti dari kata Nata atau Raja. Namun, yang dimaksud di sini adalah Atasan. Sehingga, Pancaniti berarti Jalan Atasan. Salah satu fungsi dari Pancaniti ini adalah sebagai tempat Perwira yang sedang melatih perang-perangan pada prajurit.

3. Siti Hinggil

Perjalanan dilanjutkan menuju Siti Hinggil, yakni suatu bangunan yang terletak di suatu tempat yang lebih tinggi dari bangunan lainnya, dengan suasana yang hening dan udara sejuk. Hal ini melambangkan kebahagiaan dunia, karena sudah melaksanakan ajaran atau aturan yang telah ditentukan. Ketika turun dari Siti Hinggil yang merupakan lambang kebahagiaan hidup di dunia, manusia pasti merasa ragu-ragu untuk meninggalkan kebahagiaan di dunia. Akan tetapi untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup, manusia harus rela meninggalkannya.

4. Kamandungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun