Identitas nasional adalah karakteristik dan ciri khas yang membedakan suatu bangsa dari bangsa lainnya, yang mencakup aspek-aspek seperti budaya, bahasa, sejarah, nilai-nilai, dan simbol-simbol negara. Identitas nasional mencerminkan rasa kebanggaan dan persatuan di antara warga negara serta berfungsi sebagai dasar dalam membangun solidaritas dan keharmonisan sosial dalam suatu negara.
Salah satu contoh identitas nasional di Indonesia yaitu Keraton Kasepuhan Cirebon dimana Keraton Kasepuhan Cirebon ini memiliki peran penting dalam identitas nasional Indonesia, terutama karena beberapa alasan: (1) Warisan Budaya: Tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan bagian penting dari warisan budaya Indonesia, mencerminkan nilai-nilai budaya, sejarah, dan spiritualitas yang kaya. (2) Pengaruh Sejarah: Keraton Kasepuhan Cirebon telah memberikan inspirasi bagi kesultanan Mataram dalam membangun keraton dan bangunan penunjangnya, menunjukkan pengaruhnya dalam sejarah Indonesia. (3) Peran Budaya: Keraton Kasepuhan Cirebon juga menjadi pusat pemeliharaan dan pembangunan budaya, dengan upacara adat seperti slametan, pengajian, dan selamatan yang dirayakan dengan kentalnya identitas budaya lokal. (4) Pengakuan Nasional: Meskipun tidak secara eksplisit disebut sebagai identitas nasional, keraton-keraton di Cirebon, termasuk Keraton Kasepuhan, ditetapkan sebagai objek vital yang harus dilindungi, menunjukkan pentingnya dalam warisan budaya nasional.
Gambaran Umum Keraton Kasepuhan
Keraton Kasepuhan merupakan salah satu istana bersejarah yang terletak di Kota Cirebon, Jawa Barat, dan berperan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon. Keraton Kasepuhan tidak hanya berfungsi sebagai simbol kekuasaan politik, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan Islam di Cirebon.
Lokasi dan Luas
Keraton Kasepuhan terletak di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Cirebon, dengan luas sekitar 25 hektar. Keraton ini dikelilingi oleh berbagai bangunan dan fasilitas yang mendukung kehidupan istana serta kegiatan budaya. Lokasinya yang berada di pusat kota membuat keraton mudah diakses oleh pengunjung lokal maupun wisatawan dari luar daerah yang tertarik untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan Cirebon.
Asal Usul Keraton KasepuhanÂ
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki sejarah yang panjang sebagai salah satu keraton tertua di Indonesia. Keraton ini telah menjadi pusat kekuasaan dan kebudayaan bagi Kerajaan Cirebon. Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki asal usul yang terkait dengan keruntuhan Kerajaan Cirebon pada tahun 1666 Masehi. Pada masa itu, Panembahan Ratu II (Pangeran Rasmi) diasingkan oleh Sultan Amangkurat I dari Mataram, yang juga mertuanya, karena tuduhan bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram. Panembahan Ratu II kemudian wafat di Surakarta pada 1667 Masehi, dan kekosongan kekuasaan di Kerajaan Cirebon dimanfaatkan oleh Mataram untuk mengambil alihnya.
Setelah konflik internal di Kesultanan Cirebon pada 1677, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten membagi Kesultanan Cirebon menjadi tiga: Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon. Pangeran Martawijaya, salah satu putra Panembahan Ratu II, diberi gelar Sultan Sepuh I dan menempati Keraton Pakungwati, yang kemudian berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan. Sejak didirikan, Keraton Kasepuhan Cirebon telah menjadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal bagi raja dan keluarga kerajaan. Selain itu, keraton ini juga menjadi lokasi di mana berbagai kegiatan budaya dan adat istiadat dilaksanakan. Upacara keagamaan, perayaan adat, pertunjukan seni, dan kegiatan sosial diadakan di dalam kompleks keraton ini.
Bagian-Bagian Keraton Kasepuhan Cirebon dan Nilai Budaya yang Terkandung di Dalamnya
Makna simbolik dan filosofis yang terkandung dalam arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon dipengaruhi oleh berbagai budaya, seperti budaya Hindu, China, Eropa, dan Jawa, yang kesemuanya bermuara pada makna-makna dalam ajaran Islam. Hal ini merupkan bentuk pluralitas atau toleransi beragama, atau  sebagai bentuk penghormatan muslim untuk umat lain. Simbol-simbol dalam arsitektur keraton tercipta seiring dengan perkembangan dan dinamika dari satu masa sejarah, tentunya dapat berupa sengaja diciptakan ataupun mengalir sesuai zaman. Dikatakan sengaja diciptakan karena pemuka agama dahulu telah mengukur dan memetakan apa yang menjadi syiar Islam di Cirebon. Adapun dikatakan sesuai zaman, karena saat Islam datang kebudayaan yang tengah berkembang saat itu adalah Hindu. Dalam hal ini, untuk memudahkan  penyebaran agama Islam adalah menyesuaikan dengan kebudayaan yang tengah berkembang saat itu, karena tujuannya adalah mengislamkan Cirebon.  Adapun dari sistem penamaan untuk bangunan di lingkungan Keraton didasarkan atas fungsi dari bangunan itu sendiri.