Terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral bukan hanya sekadar infrastruktur fisik, melainkan simbol kuat dari harapan kita untuk hidup berdampingan dalam keberagaman. Pembangunan terowongan silaturahmi adalah langkah berani yang diambil pemerintah untuk mewujudkan komitmennya dalam mewujudkan Indonesia yang toleran.
Terowongan silaturahmi adalah sebuah terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara, dengan Gereja Katedral Jakarta, gereja Katolik pertama di Batavia. Pembangunan terowongan ini merupakan inisiatif Presiden Joko Widodo yang bertujuan untuk memperkuat persaudaraan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia.Â
Terowongan silaturahmi bukan hanya sekadar jalan bawah tanah yang menghubungkan dua tempat ibadah. ini adalah metafora dari perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam mewujudkan toleransi beragama. melalui konstruksi fisik ini, kita diajak merenung lebih dalam tentang makna toleransi, bukan hanya slogan, tetapi sebagai tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
pada tanggal 12 Desember 2024, Presiden Prabowo Subianto meresmikan terowongan silaturahmi  yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta. dengan dibangunnya terowongan silaturahmi ini, kita diajarkan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan peluang untuk saling mengenal dan menghormati. hal ini menjadi bukti nyata bahwa harmoni dapat diwujudkan dalam ruang fisik. tidak hanya mempermudah akses, tetapi juga memberikan pesan mendalam tentang pentingnya dialog lintas agama.
Terowongan silaturahmi ini, bukan hanya infrastruktur fisik , tetapi simbol penting dari semangat toleransi di Indonesia. Di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya, terowongan ini menjadi pengingat bahwa harmoni dan persatuan bisa diwujudkan meskipun terdapat perbedaan. dengan keberadaan terowongan ini, masyarakat diundang untuk merenungkan pentingnya saling menghormati dan merangkul keberagaman sebagai kekayaan bangsa.
Dengan dibangunnya terowongan silaturahmi ini, Indonesia mencerminkan sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan agama serta melambangkan solidaritas dan persatuan antar umat beragama. Hal ini terbukti dengan isi dialog yang diberikan oleh Paus Fransiskus dalam kunjungannya di Masjid Istiqlal pada tanggal 5 September 2024.
"Mengingat krisis sosial dan konflik yang ada, penting bagi setiap agama untuk mempromosikan nilai-nilai kebersamaan, guna mengatasi budaya kekerasan dan ketidakpedulian serta memajukan rekonsiliasi dan perdamaian. terowongan ini menunjukkan bahwa dua tempat ibadah ini tidak hanya berdiri berdampingan, tetapi juga saling terhubung." ucap Paus dalam dialognya.
Dalam praktiknya, terowongan silaturahmi ini memiliki makna lebih dari sekadar penghubung antar dua bangunan. Terowongan ini adalah simbol bahwa kita, meski berbeda keyakinan, adalah bagian dari satu bangsa. Terowongan ini adalah undangan untuk saling memahami, saling menghormati, dan saling mendukung, terutama dalam menjaga kerukunan di tengah perbedaan. Hal ini ditegaskan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya pada saat meresmikan terowongan silaturahmi.
"Perbedaan bukanlah penghalang, melainkan energi yang memperkuat kita sebagai bangsa", ungkapnya.
Namun, terwujudnya Indonesia yang toleran tidak hanya mengandalkan simbol seperti terowongan ini. Peran masyarakat, lembaga pendidikan, dan pemerintah menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini. Program pendidikan multikultural, dialog antar umat beragama, dan kebijakan yang melindungi kebebasan beragama adalah langkah konkret yang harus terus diperjuangkan. dengan demikian, semangat toleransi dapat hidup tidak hanya di ruang publik, tetapi juga di hati setiap warga negara.
Terowongan silaturahmi adalah bukti nyata bahwa Indonesia mampu menunjukkan kepada dunia, bagaimana keberagaman dapat dirayakan dalam keharmonisan. semoga upaya ini menjadi inspirasi untuk terus memperkuat semangat persatuan di tengah perbedaan, menjadikan Indonesia sebagai teladan toleransi bagi bangsa lain. Dengan tekad bersama, mimpi Indonesia toleran bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan.