Keterkaitan psikologi komunikasi dan komunikasi massa tuh penting banget buat dipahami, soalnya media massa punya kekuatan besar dalam ngubah cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Dari membentuk persepsi tentang suatu isu hingga bikin kita merespons secara emosional, media massa ngaruh banget dalam kehidupan sehari-hari. Nah, di sini psikologi komunikasi jadi kunci buat ngerti gimana pesan-pesan itu diterima dan diproses, baik oleh individu maupun kelompok.
Yuk, kita bahas gimana psikologi komunikasi dan komunikasi massa tuh sebenarnya related banget sama kehidupan kita sehari-hari. Di era serba scrolling ini, media punya kekuatan buat ngatur cara kita mikir (kognitif), ngerasa (afektif), sampai bertindak (behavioral) tanpa kita sadar. Kenapa sih ini penting banget? Karena kalau kita paham caranya media "mainin" pikiran kita, kita jadi bisa lebih bijak ngefilter informasi dan nggak gampang termakan hoax atau propaganda. Plus, kita bakal bahas tips-tips praktis buat jadi audiens smart yang nggak gampang kejebak efek komunikasi massa.
Psikologi komunikasi adalah bidang yang mempelajari bagaimana pesan memengaruhi cara manusia berpikir, merasakan, dan bertindak. Dalam dunia komunikasi massa, psikologi ini sangat relevan karena media massa baik televisi, radio, maupun internet yang tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk persepsi dan perilaku masyarakat. Media memiliki kekuatan untuk memengaruhi pikiran individu maupun kelompok secara luas, sehingga menjadi alat yang sangat ampuh, baik untuk tujuan positif maupun negatif. Selain itu, komunikasi massa tidak bisa dipisahkan dari aspek etika, karena pesan yang disampaikan harus memiliki tanggung jawab sosial untuk menghindari dampak buruk pada audiensnya.
Video YouTube di atas memberikan contoh nyata mengenai efek-efek komunikasi massa yang berkaitan erat dengan psikologi komunikasi. Melalui pengalaman pribadi dari beberapa orang, kita dapat melihat bagaimana efek ini terbagi menjadi tiga kategori utama: kognitif (memengaruhi cara berpikir), afektif (mempengaruhi emosi), dan behavioral (mempengaruhi tindakan). Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang setiap efek berdasarkan cerita dari masing-masing.
1. Efek AfektifÂ
yang diawali dengan contoh efek afektif, efek ini menunjukkan bagaimana media dapat memengaruhi emosi seseorang. Paparan berita dengan muatan negatif secara terus-menerus dapat menyebabkan ketakutan berlebihan atau bahkan paranoia. Hal ini terlihat jelas dari pengalaman yang diceritakan dalam video tersebut  yang diceritakan oleh Pinkan putri yang menceritakan pengalaman emosionalnya akibat sering menonton berita kriminal di televisi. Berita-berita tersebut sering kali membahas kasus pembunuhan atau kejahatan ekstrem yang di luar nalar. Lama-kelamaan, berita semacam ini memunculkan rasa cemas dan takut dalam dirinya. Ia bahkan mulai merasa tidak aman dan waspada setiap kali berada di luar rumah sendirian.
2. Efek behavioralÂ
Efek behavioral ini menunjukkan bagaimana media dapat memengaruhi tindakan nyata seseorang. Ketika media menampilkan figur publik yang dianggap inspiratif, audiens sering kali terdorong untuk meniru perilaku mereka, baik dalam hal positif seperti gaya hidup sehat, maupun hal negatif jika media menyajikan konten yang kurang etis. hal ini diceritakan oleh Najwa Sabila yang bercerita tentang bagaimana ia terinspirasi untuk menjalani gaya hidup sehat setelah melihat artis favoritnya di sebuah program televisi. Artis tersebut menunjukkan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan menjaga keseimbangan aktivitas. Dengan ini mendorongnya untuk mulai menerapkan hal serupa dalam kehidupannya.
3. Efek KognitifÂ
Efek kognitif ini terjadi karena komunikasi massa memengaruhi cara seseorang memproses informasi dan membentuk persepsi. Dalam jangka panjang, efek kognitif ini dapat membentuk pola pikir kolektif masyarakat, termasuk stereotip dan opini publik. hal ini dibuktikan dengan seorang yang  di dalam video tersebut bernama Tara Humayra yang menceritakan pengalamannya tentang bagaimana ia terpengaruh oleh iklan ponsel canggih di televisi. Tayangan iklan yang dirancang dengan visual menarik dan pesan persuasif membuatnya berpikir bahwa memiliki ponsel tersebut akan meningkatkan produktivitas dan status sosialnya. Padahal, jika dipertimbangkan lebih jauh, ia sebenarnya tidak terlalu membutuhkan ponsel baru.
4. Efek Kognitif yang berkaitan dengan teori ketergantungan media
Efek kognitif terjadi ketika media memengaruhi cara seseorang berpikir, memahami, atau mengolah informasi. Dalam kaitannya dengan teori ketergantungan media, efek kognitif muncul karena individu mengandalkan media sebagai sumber utama informasi untuk memahami isu-isu tertentu. Sebagai contoh, dalam video tersebut, Jihan Atthiyah yang ingin memahami perkembangan politik bergantung pada berita dari televisi, portal online, atau media sosial. Ketergantungan ini memengaruhi cara mereka memproses informasi, seperti dalam memilih kandidat pemilu atau mengikuti isu terkini. Semakin besar ketergantungan, semakin kuat pengaruh media dalam membentuk cara berpikir individu terhadap isu tersebut.
5. Efek kognitif yang berkaitan dengan teori kultivasiÂ
Efek kognitif dalam komunikasi massa mengacu pada bagaimana media memengaruhi cara seseorang berpikir, membentuk persepsi, atau memahami realitas. Dalam kaitannya dengan teori kultivasi, efek kognitif ini terjadi ketika seseorang terpapar media secara terus-menerus sehingga pandangannya terhadap dunia dipengaruhi oleh narasi atau representasi yang disampaikan oleh media tersebut. Dalam video tersebut zhafif Raditya menceritakan tentang bagaimana ia terpengaruh oleh sinetron yang sering ia tonton di televisi. Sinetron-sinetron tersebut kerap menggambarkan tokoh orang kaya sebagai antagonis, serakah, tidak peduli, dan licik. Akibatnya, ia mulai memiliki persepsi bahwa semua orang kaya bersifat jahat dan tidak bisa dipercaya.
Alasan psikologi komunikasi dan komunikasi masa ini sangat penting
Psikologi komunikasi dan komunikasi massa adalah dua bidang yang saling berkaitan erat karena keduanya mempelajari bagaimana pesan memengaruhi individu maupun masyarakat. Keterkaitan ini menjadi sangat penting karena media massa memiliki peran besar dalam membentuk pola pikir, emosi, dan perilaku masyarakat, sementara psikologi komunikasi membantu menjelaskan proses di balik dampak tersebut.
1. Memahami psikologisÂ
Psikologi komunikasi memberikan wawasan tentang bagaimana individu menerima, memahami, dan bereaksi terhadap pesan dari media massa. Respons seseorang terhadap media tidak hanya bergantung pada isi pesan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti pengalaman pribadi, nilai-nilai, dan konteks sosial. Dengan memahami hal ini, komunikasi massa dapat lebih efektif dalam menyampaikan pesan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan audiens.
2. Mengelola dampak media
Psikologi komunikasi memungkinkan kita untuk memahami bagaimana dampak tersebut bekerja. Misalnya, media dapat membantu membangun wawasan baru (efek kognitif), memotivasi perubahan emosi (efek afektif), atau bahkan mendorong tindakan tertentu (efek behavioral). Namun, tanpa pemahaman yang baik, media juga bisa menjadi alat yang memperkuat stereotip, menyebarkan ketakutan, atau memanipulasi opini publik.
3. Mendorong literasi dan kesadaran terhadap media
Dalam dunia yang dipenuhi dengan informasi, psikologi komunikasi berperan penting dalam membangun literasi media. Literasi ini memungkinkan individu untuk lebih sadar dan kritis dalam mengonsumsi informasi dari media massa, sehingga mereka dapat membedakan fakta dari opini, atau bahkan memfilter informasi yang berpotensi menyesatkan. Ini penting agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh berita palsu atau propaganda yang menyasar aspek psikologis mereka.
4. Menghadapi tantangan era digitalÂ
Psikologi komunikasi membantu menjelaskan bagaimana paparan konten yang disesuaikan ini dapat memengaruhi individu, baik secara sadar maupun tidak sadar. Pemahaman ini penting untuk melindungi masyarakat dari manipulasi digital, seperti filter bubble atau eksploitasi data pribadi, yang dapat mempersempit perspektif atau memengaruhi keputusan tanpa disadari.
Analisis Penyebab
Secara psikologis, komunikasi massa itu punya kekuatan besar dalam memengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Misalnya, media sosial atau berita yang terus-menerus memberi informasi bisa mempengaruhi emosi kita, membentuk persepsi kita tentang sesuatu, bahkan bisa mengubah perilaku kita. Tetapi, ketika informasi itu datang terlalu cepat atau terlalu banyak, kita jadi sulit untuk memilih mana yang benar-benar penting dan mana yang tidak. Inilah yang membuat kita gampang kelelahan, bingung, atau bahkan terpengaruh oleh informasi yang kurang jelas kebenarannya.
Psikologi komunikasi massa menjelaskan bahwa audiens tidak hanya sekadar menerima informasi, tapi juga memprosesnya secara mental, emosional, dan sosial. Ketika kita terlalu banyak terpapar dengan informasi, otak kita kesulitan untuk menyaringnya, dan ini bisa membuat kita mudah terpengaruh oleh pesan-pesan yang disampaikan. Media massa seringkali menggunakan berbagai teknik untuk menarik perhatian kita, seperti judul yang bombastis atau gambar yang mengundang emosi. Hal ini bisa mempengaruhi cara kita berpikir atau bertindak tanpa kita sadari.
Selain itu, media massa juga bisa memperkuat bias yang ada dalam diri kita. Misalnya, kalau kita sering terpapar dengan informasi dari satu sudut pandang atau hanya melihat berita dari satu sumber, ini bisa mempengaruhi cara kita memandang dunia. Otak kita cenderung lebih mudah mempercayai informasi yang sesuai dengan pandangan kita, dan ini bisa memperburuk polarisasi atau ketidaksepahaman antar kelompok.
Solusi yang ditawarkanÂ
Berikut beberapa solusi dan langkah praktis untuk menghadapi tantangan di dunia media digital, biar kita lebih bijak dan pintar dalam menyikapi informasi yang ada. Mulai dari meningkatkan literasi media, menyediakan konten yang bertanggung jawab, memahami efek psikologis pesan, memperkuat kebijakan digital, sampai mendorong diskusi yang lebih positif.
Meningkatkan Literasi Media
Supaya kita bisa lebih jeli dalam memahami dan menilai informasi yang masuk.- Langkah: Mengadakan suatu sosialisasi tentang cara membaca dan memahami informasi dengan kritis. Ini bisa juga dimasukkan ke kurikulum sekolah agar sejak dini kita bisa diajarkan gimana cara memilah informasi yang bermanfaat dan mana yang tidak.
Menyediakan Konten yang Bertanggung Jawab
Media harus mulai fokus bikin konten yang nggak cuma seru, tapi juga bermanfaat dan punya nilai edukatif.- Langkah: Harus ada regulasi yang lebih ketat soal konten yang bisa berbahaya atau merugikan, dan dorong pembuat konten untuk lebih banyak menghasilkan materi yang positif dan membangun. Konten yang lebih berbobot bakal lebih berimpact ke audiens, apalagi kalau bisa memberikan pengetahuan baru.
Pemahaman Psikologi Komunikasi oleh Media
Para pembuat konten harus sadar kalau pesan yang mereka sampaikan bisa punya dampak besar terhadap perasaan dan pola pikir orang.- Langkah: Â membuat konten tentang bagaimana cara pesan yang mereka buat bisa memengaruhi audiens. Selain itu, pastikan ada pedoman etika yang jelas dalam setiap pembuatan konten supaya nggak merugikan siapa pun.
Memperkuat Kebijakan Era Digital
Perlindungan terhadap data pribadi dan manipulasi melalui algoritma itu penting banget buat dijaga.- Langkah: Harus ada aturan yang lebih ketat tentang bagaimana data pribadi kita dilindungi dan bagaimana informasi kita nggak disalahgunakan. Selain itu, penting banget untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat tentang betapa berharganya privasi kita di dunia digital.
Kesimpulan
Kesimpulannya, psikologi komunikasi dan komunikasi massa memiliki hubungan yang sangat erat dalam mempengaruhi cara kita berpikir, merasakan, dan bertindak. Di zaman sekarang, di mana informasi datang begitu cepat dan melimpah, penting banget untuk kita memahami bagaimana media bisa mempengaruhi otak kita, perasaan kita, bahkan cara kita berperilaku. Dengan pemahaman ini, kita bisa lebih cerdas dan bijak dalam memilih serta menyaring informasi, sehingga tidak mudah terjebak dalam hoaks atau informasi yang tidak akurat. Menjadi kritis dan sadar akan pengaruh media bisa membantu kita menjaga perspektif yang sehat dan membuat keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Â
Dibuat oleh  :
Jihan Atthiyah Kezia, Najwa Syabila, Tara Humayra, Zhafif Raditya, Pinkan putriÂ
UPN "Veteran" Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H