Ngijo, Semarang (9/8/2022) -- Stunting masih menjadi salah satu masalah besar dalam bidang kesehatan di Indonesia saat ini. Stunting sendiri adalah kondisi dimana anak mengalami kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupannya yang mana bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak sehingga anak menjadi lebih pendek dari standar usianya.Â
Angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 adalah 24,4% dan pada tahun 2022 Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma'ruf Amin dengan tegas menyatakan bahwa angka prevalensi stunting harus turun minimal 3%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan pada 2021, dari 44.058 balita di Kota Semarang, 3,1% diantaranya menderita stunting. Jumlah anak penderita stunting tersebut tersebar di 153 kelurahan di Kota Semarang. Di Kelurahan Ngijo khususnya dukuh Rejosari sendiri terdapat enam anak yang mengalami stunting.
Pada dasarnya, stunting bisa dicegah. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengenali dan sadar lebih dini tentang stunting sehingga bisa terhindar dari stunting. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, perbaikan sanitasi dan akses air bersih dan pola asuh. Pola asuh yang diterapkan oleh keluarga berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Pola asuh yang kurang baik seperti praktek pemberian makan bagi bayi dan balita yang salah, tidak memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, tidak memantau tumbuh kembang anak setiap bulannya di Posyandu, dan lain-lain.
Berkaca dari fakta tersebut, Mahasiswa Tim II KKN UNDIP melihat adanya urgensi untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya peran keluarga dalam hal ini adalah pola asuh untuk mencegah stunting. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 Agustus 2022 mulai dari pukul 14.00-15.00 WIB di Posyandu Puji Lestari RW 4 Kelurahan Ngijo dengan sasaran ibu hamil dan menyusui serta perempuan usia produktif yang ingin memiliki anak. Pemaparan materi dilakukan dengan menggunakan powerpoint yang berisi tentang pengertian, penyebab, ciri-ciri, dampak jangka pendek dan jangka panjang dari stunting serta penjelasan secara detail tentang peran keluarga dalam pencegahan stunting dan penjelasan singkat tentang gizi seimbang dan "Isi Piringku". Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab dan penyerahan poster kepada kader Posyandu Puji Lestari. Kegiatan berjalan dengan baik dan kondusif tanpa ada kendala berarti. Ibu-ibu yang hadir sangat antusias dan aktif selama kegiatan berlangsung. Kegiatan ini ditutup dengan berdoa dan foto bersama.
Harapannya dengan adanya kegiatan ini akan ada peningkatan wawasan dan pengetahuan warga khususnya keluarga-keluarga di Rejosari sehingga slogan #RejosariBebasStunting dapat terealisasikan secara nyata sekaligus ikut berperan dalam penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022.