Mohon tunggu...
Jihan AnisaRohmah
Jihan AnisaRohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Perikanan dan Kelautan Prodi Akuakultur

Saat ini saya merupakan seorang mahasiswa aktif yang sedang menempuh dunia perkuliahan Prodi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Selain saya aktif di kampus saya, saya akan berpartisipasi aktif untuk mengikuti organisasi di dalam dan diluar kampus. Saya adalah anak yang selalu membuat plan sebelum melakukan berbagai kegiatan. Saya mampu untuk berpikir kritis, mampu menjalankan visi dan misi dengan aksi, dan bekerjasama dengan tim dengan baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemberdayaan Nelayan yang Kaya, Julukan Kantong-Kantong Kemiskinan?

20 Juni 2024   21:58 Diperbarui: 20 Juni 2024   22:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.id/baca/riset/2023/01/25/ironi-kemiskinan-wilayah-pesisir-yang-kaya-potensi-ekonomi-kelautan

Pada 2021, tingkat kemiskinan ekstrem di wilayah pesisir mencapai 4,19 persen. Sangat tak disangka, kemiskinan dengan jumlah 1,3 juta jiwa atau setara dengan 12,5 persen yang terjadi berasal dari wilayah pesisir.

Fenomena ini terlihat dari beberapa aspek permasalahan yang muncul salah satunya terlihat dari nilai tukar nelayan (NTN) sebagai aspek kemakmuran masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan. NTN menjadi gambaran tingkat kesejahteraan nelayan yang diukur dari perbandingan harga yang diterima dengan harga yang dikeluarkan. Singkatnya, NTN dipakai sebagai pendekatan untuk mengetahui kemampuan nilai tukar ikan hasil tangkapan dengan barang atau jasa untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan konsumsi rumah tangga nelayan.

Indonesia dengan kekayaan laut terbesar, luas wilayah 70% merupakan laut dengan potensi ekonomi melimpah akan sumber daya perikanan, rumput lau, dan hasil laut lainnya. Negara ini bisa dipastikan nelayan dengan sumber pendapatan terbesar. Sayangnya realita tak seindah pantun cinta. Kurang dari 14,58 juta jiwa atau sekitar 90% dari 16,2 juta jumlah nelayan di Indonesia belum berdaya secara ekonomi maupun politik, dan berada di bawah garis kemiskinan. Besarnya laut dan isinya ini tidak cukup untuk menciptakan kata kesejahteraan. Benang-benang kusut rasanya menjadi jarum yang dijahit setiap harinya. 

Perkembangan pembangunan di Indonesia, diketahui munculnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hal ini khussusnya menjadi tantangan bagi Masyarakat pesisir, yaitu (1) Persentase tingkat kemiskinan masyarakat pesisir yang tinggi (2) Maraknya perbuatan kerusakan dan eksploitasi sumber daya pesisir. (3) Lunturnya norma dan nilai-nilai budaya lokal. (4) Rendahnya integritas dan kemandirian organisasi sosial diwilayah pesisir. (5) Minimnya saranan seperti infrastruktur dan unit kesehatan di lingkungan permukiman yang keterbelakang. Kondisi diatas sangat memprihatinkan dan harus ditindak lanjuti secara tepat. Pemerintah berperan besar dalam memfasilitasi nelayan Indonesia.

Alasan lain kemiskinan terjadi pada masyarakat pesisir karena mereka kurang pemahaman. Mereka sering kali di labui oleh tengkulak karena harga penjualan ikan yang merosot. Mereka sering menjual ikan dengan harga murah ke penduduk asing. Hal yang terjadi dapat menimbulkan masalah serius didunia perikanan terkait timbulnya awal mula kemiskinan. Kurangnya inovasi dan strategi pemasaran yang tepat membuat hal ini terjadi terus-menerus. Perlu adanya pemahaman bagi masyarakat pesisir untuk dapat mengukur Tingkat keberhasilan dalam pejualan yang mereka lakukan. Peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat pesisir sangat ditunggu untuk membanggun masa depan nelayan maju.

Di tengah era teknologi saat ini, dijelaskan bahwa pada dasarnya teknologi dapat mengkorelasikan kehidupan nyata atau fisik, digital modern serta biologi yang mengubah pola interaksi manusia secara fundamental. Hal itu mengakibatkan setiap negara didunia ditutut untuk dengan cepat merespon perubahan era digitalisasi. Dalam hal ini perkembangan teknologi dapat memberikan peluang besar dalam mengoptimalkan pemberdayakan masyarakat pesisir. Perkembangan industri akuakultur juga dapat memberikan peluang besar untuk berkontribusi dalam aspek pengembangan peningkatan perekonomian nasional.

Inovasi teknologi sangat mempengaruhi perkembangan dan juga dapat merugikan jika penggunaannya tidak direalisasikan. Perlunya pengajaran dan merealisasikan untuk terus mendorong masyarakat pesisir guna menghadapi kemajuan teknologi. Namun, justru terdapat kendala yang dihadapi masyarakat pesisir dalam menerapkan akuakultur, yaitu kurangnya kebutuhan pangan dalam permasalahan perubahan iklim global, kurangnya prasarana yang memadadi, minim aksek modal dan kesempatan untuk terlibat dalam rantai produksi global. Hal ini menyebabkan terhambatnya pemerataan globalisasi diwilayah pesisir. Minimnya hal tersebut menghambat kemajuan ekonomi negara dan menciptakan kemiskinan masyarakat secara berkala. Perkembangan akuakultur justru dapat memberikan pengaruh besar untuk menciptakan bisnis yang bersaing dan menambah penyerapan kesempatan tenaga kerja baru. Perlunya dukungan yang seimbang untuk dapat menciptakan subsektor perikanan yang mampu bersaing bukan hanya pembangunan perikanan nasional tetapi juga tatanan perdagangan dengan taraf global, yakni dengan cara peningkatan efisiensi, keamanan pangan, jaminan mutu, nilai tambah dan produktivitas yang baik.

Reverensi:

Anwar, Z., & Wahyuni, W. (2019). Miskin di laut yang kaya: nelayan Indonesia dan kemiskinan. SOSIORELIGIUS: JURNAL ILMIAH SOSIOLOGI AGAMA, 4(1). 

Indraswari, D. L. (2023). Ironi Kemiskinan Wilayah Pesisir yang Kaya Potensi Ekonomi Kelautan. Retrieved from https://www.kompas.id/baca/riset/2023/01/25/ironi-kemiskinan-wilayah-pesisir-yang-kaya-potensi-ekonomi-kelautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun