GUNUNG SINDUR -Muslih adalah seseorang yang sangat menganut prinsip Do what you love, and love what you do. Menurut beliau jika hendak menjalankan bisnis, bisnis tersebut haruslah bermula dari kesukaan kita terlebih dahulu, barulah bisnis tersebut dapat berjalan dengan baik.
Berawal dari sekadar hobi, Muslih mengubah hobi nya menjadi hobi yang sangat produktif bahkan hobinya ini telah menjadi mata pencaharian beliau selama hampir 19 tahun. Menurut beliau bertani anggrek sangatlah menjanjikan, karena peminatnya yang cenderung stabil dari tahun ke tahun. "Kuncinya dalam merawat anggrek jangan terlalu banyak air, nanti mudah busuk." Terang Muslih, Jumat (1/3/2020)
Musim hujan menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi Muslih dalam merawat anggrek-anggrek kesayangannya itu, "jenis-jenis anggrek berbeda ketahanannya ada yang bisa basah ada juga yang harus kering, anggrek jenis Keriting adalah yang paling lemah dibandingkan dengan jenis lainnya." Jelas Muslih. Menurut beliau jenis anggrek yang paling diminati adalah jenis Dendrobium, selain karena harganya yang relatif murah yaitu hanya dikisaran Rp27.000, Dendrobium juga merupakan jenis yang paling populer di kalangan pecinta anggrek. Anggrek lain yang juga ditani oleh Muslih adalah anggrek Cattleya dan Keriting yang masing-masing dibanderol dengan harga Rp100.000 dan Rp40.000.
Mayoritas anggrek milik Muslih ditanam dengan menggunakan pot tanah liat bukan pot plastik pada umumnya, ketika ditanya mengenai hal tersebut Muslih menjelaskan "pot untuk menanam anggrek haruslah pot yang banyak lubangnya agar udara dapat masuk sehingga akarnya tidak busuk."
"Merawat anggrek itu susah-susah gampang, susah bagi yang belum biasa tapi bagi yang sudah biasa sih gampang. Merawat anggrek itu memerlukan ketelatenan tidak bisa angot-angotan." Terang Muslih. Biasanya Muslih memberikan 5 macam obat untuk merawat anggrek miliknya itu di antaranya adalah fungisida, insektisida, pupuk, lenit, dan sunlight. Sunlight di sini fungsinya adalah untuk mencegah munculnya karat daun pada anggrek. Selain obat, Muslih juga memberikan paranet di atas tanaman-tanamannya itu, hal ini dikarenakan terdapat jenis anggrek yang tidak dapat terkena sinar matahari secara langsung. "Jadi anggrek itu tidak boleh terlalu basah, tapi juga tidak boleh terlalu kering." Tambah Muslih.
Bermula dari modal awal yang hanya sebesar Rp500.000, kini Muslih memiliki lahan seluas 1.200m2 untuk dijadikan lahan bercocok tanamnya. Selain itu usaha Muslih ini pun menjadi lapangan kerja bagi tetangga-tetangganya yang ikut memasarkan usaha Muslih di media sosial.
Anggrek termasuk sebagai salah satu potensi pertanian paling menjanjikan di Indonesia, jenis anggrek yang tersebar di seluruh Pulau Indonesia sungguh sangatlah beragam. Hal ini tentunya semakin membuat bisnis ini semakin menjanjikan, variasi model nya yang beragam dan tidak monoton membuat peminat tanaman ini tidak cepat bosan dan terus menerus ingin mengoleksi tanaman-tanaman cantik tersebut.
Peminat anggrek berasal dari berbagai kalangan, tidak memandang usia, gender, bahkan latar belakang seseorang. Banyak peminat anggrek yang datang dari golongan kaum Hawa, tetapi tidak sedikit pula kaum Adam yang menggemari tanaman yang terkenal akan keindahannya ini. Salah satu nya adalah Muslih, seorang petani Anggrek dari Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H