Mohon tunggu...
Jihad Bagas
Jihad Bagas Mohon Tunggu... Insinyur - inconsistent Writer

Kegiatan baca dan tulis merupakan kegiatan sakral yang nilai spiriualitasnya bergantung pada kandungan apa yang dibaca dan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekat Antara Ruang dan Hening

24 April 2023   03:57 Diperbarui: 24 April 2023   04:08 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.pexels.com/photo/burning-candles-with-melted-wax-at-night-6044441/

Ruang. Kita mendefinisikan kata ruang sebagai suatu yang mewakili tentang tempat yang memiliki satuan ukuran dengan batasan tertentu. Ruang juga bisa memiliki arti lebih ketika ditambahkan kata yang menjelaskan tentang fungsinya.

Contoh ruang kelas, dimana ada sebuah tempat yang memiliki batasan tertentu yang umumnya diisi dengan meja dan kursi dan beberapa seperangkat alat tulis bahkan juga ditambahkan dengan sistem pencahayaan dan pendingin ruangan yang nantinya akan digunakan untuk proses belajar mengajar dari guru terhadap muridnya sehingga ruangan tersebut menjadi nyaman. Ada juga ruang rapat, sebuah tempat yang kurang lebih sama namun memiliki fungsi sebagai ruangan untuk melakukan diskusi antar pekerja. Dan luasannya juga biasanya sudah diatur untuk kapasitas sekian orang agar diskusi berjalan nyaman.

Di rumah kita mengenal ruang makan yang berisikan meja makan dan peralatan untuk makan tak lupa dengan sajian makanan yang sudah siap untuk kita santap. Ada juga ruang tamu yang dibuat senyaman mungkin untuk menerima teman atau siapapun yang hendak berkunjung ke rumah kita agar merasa nyaman saat berkunjung ke rumah. Jadi siapapun yang bertamu ke rumah kita memiliki kesan yang nyaman.

Pada intinya ruang adalah sebuah bentuk fisik dalam hal ini sebuah tempat yang memiliki orientasi terhadap fungsi yang membuat kita merasa nyaman untuk melakukan kegiatan tertentu di tempat itu. Walaupun secara bentuk tiap ruangan -- ruangan tersebut hampir sama, namun memiliki tiap ruangan memiliki suasana yang berbeda saat kita melakukan kegiatan di tempat itu.

Ruang makan untuk makan, ruang tamu untuk menerima tamu, ruang rapat untuk berdiskusi. Lalu bagaimana dengan ruang berfikir. Apakah ruangan tersebut ada? Dimana kah ruang berpikir itu? Bagaimana bentuknya? Apakah ruangan terbuka atau tertutup? Luas atau sempit? Gelap atau terang?

Jika ruangan untuk berfikir mengacu pada objek sebuah tempat, apa memang kita perlu sebuah desain tempat khusus untuk berfikir? Jika tidak berorientasi pada objek sebuah tempat, ruang berfikir ini mungkin bisa mengacu pada hal abstrak dalam diri kita dimana segala sesuatu seperti ego, nurani, realitas, mimpi dan segalanya bercampur aduk di ruang itu.

Belum lagi ditambah dengan hal yang bebaru perasaan seperti senang, sedih, marah, takut dan segala sesuatu yang menambah keriuhan di ruangan tersebut. Jika ruang berfikir yang sifatnya abstrak ini suasanya berantakan, bisakah kita berfikir dengan nyaman. Karena pada akhirnya segala sesuatu yang kita pikirkan akan kita wujudkan dalam sebuah keputusan. Yang secara sadar kita menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai kehendak apa yang kita pikirkan.

Jika kita kaitkan dengan realitas objek fisik, kita percaya bahwa setiap ruangan seperti mempunyai daya magisnya sendiri yang membuat kita nyaman untuk melakukan sesuatu di tempat itu. Di ruangan ibadah kita bisa nyaman berdoa sampai terhanyut akan lantunan do'a -- do'a yang kita panjatkan. Di ruangan bengkel pun kita nyaman mencoba segala hal kreativitas untuk memperbaiki benda yang rusak atau mencoba sesuatu untuk penemuan -- penemuan baru.

Seperti ada dorongan aura positif yang dimiliki oleh sebuah ruangan sehingga kita bisa memaksimalkan kemampuan kita. Jika ada sebuah tempat yang bisa membawa kita untuk sejenak berkontempelasi melakukan dialog internal dengan diri, ini lah tempat yang layak kita sebut sebagai ruang berfikir. Bisa di kamar tidur, di kamar mandi, di tengah hutan dimana pun itu yang jelas kita bisa merasakan ketenangan untuk bisa melepaskan diri sejenak dari hiruk pikuk duniawi.

Jadi secara esensinya keheningan dapat mengantarkan kita menuju ruang internal untuk berdialog dengan diri. Mungkin saja memang tidak perlu tempat khusus untuk merasakan keheningan ini, dimana pun kita berada kita bisa merasakan keheningan apablia tidak merasa memiliki sebuah keterikatan terhadap suatu realitas yang terjadi.

Pada realitanya tiap ruang -- ruang ini tertata rapi sebagaimana fungsinya. Ada juga ruang yang disebut sebagai ruang serba guna, dimana kita dapat melakukan kegiatan apa pun dalam jumlah individu yang lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun