Mohon tunggu...
Jihad Bagas
Jihad Bagas Mohon Tunggu... Insinyur - inconsistent Writer

Kegiatan baca dan tulis merupakan kegiatan sakral yang nilai spiriualitasnya bergantung pada kandungan apa yang dibaca dan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Defleksi Nilai dalam Keteraturan Semesta

3 April 2021   03:45 Diperbarui: 3 April 2021   04:02 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://line.17qq.com/articles/lkncnkdv.html

Ternyata berkembangnya akal yang pesat ini yang membuat kita mampu menyelami samudera ilmu pengetahuan, tetap tidak bisa menghilangkan sifat naluriah kita. Sifat naluriah yang sama dengan makhluk lainnya, yaitu nafsu. Nafsu yang mendorong kita sehingga kita memiliki ambisi untuk membuat segalanya takluk dengan kita.

Merasa cukup mungkin menjadi konsep yang sulit kita pahami. Desakan dalam diri dan lingkungan menjadi faktor pendorong sehingga kita selalu merasa tidak puas diri. Belum lagi ketergantungan akan pengakuan diri dari status sosial menjadi masalah tersendiri dalam era keterbukaan informasi ini.

Mungkin sisi lain dari pesatnya perkembangan teknologi ini menyebabkan adanya bias dalam pemaknaan esensi dari nilai kehidupan kita sehari -- hari. Analogi sederhananya, mata kita punya keterbatasan, sehingga tidak semua cahaya bisa membantu kita dalam melihat. Cahaya yang memiliki besaran spektrum gelombang di luar kemampuan mata kita menyebabkan kita silau sehingga kita pun tidak bisa melihat sebuah benda yang ada di antara cahaya itu.

Sebuah anomali, dengan bantuan cahaya mata kita bisa melihat benda yang ada, dan cahaya pula yang dapat merusak mata kita sehingga kita buta dan semuanya menjadi gelap. Dengan demikian dapat ditarik benang merah, bahwa segala sesuatu itu memiliki pola keteraturan. Keteraturan yang membuat segala sesuatu itu tidak melampaui batas.

Ada beberapa konsep pemikiran para tokoh besar yang bisa dibilang melawan arus mainstream dalam keadaan sosial yang penuh dengan ambisi egosentrisme. Ada tokoh yang berasal dari Jepang yaitu Fumio Sasaki yang membawa konsep minimalisme dalam hidup. Dimana memaksimalkan apapun yang ada untuk menaikkan taraf nilai kehiupan sehingga nafsu akan keterikatan material pun hilang.

Di Jerman ada tokoh yang bernama Albert Camus yang membawa konsep Nihilisme. Dimana semua itu berjalan apa adanya dari lahir sampai mati. Dan memang begitu lah kehadiran manusia tak berarti apa -- apa hanya melakukan siklus hidupnya. Ketika eksistensi setelah kematian masih dipertanyakan, maka memberi arti saat hidup merupakan jalan terbaik menjalani kehidupan.

Bangsa Yunani memiliki pemikir yang bernama Epictetus dan Senecca yang mebawa konsep Stoisisme. Yang saat ini lebih dikenal dengan filosofi teras. Yang intinya segala sesuatu itu tidak semuanya dibawah kendali kita, banyak hal yang diluar kendali kita sehingga dengan segala keterbatasan kita, kita hanya perlu untuk menselaraskan diri dengan segala kondisi yang di luar kendali kita.

Bangsa China ada tokoh Laozi yang membawa konsep Taoisme. Yang mengajarkan bahwa segala alam sudah memiliki keteraturan tinggal bagaimana kita mengikuti aturan tersebut layaknya air sungai yang mengalir dari gunung menuju lautan.

Di nusantara ada tokoh jawa yang dikenal dengan Raden Ngabehi Ronggo Warsito dengan salah satu filosofi pemikirannya yaitu Cokro Manggilngan. Hidup ini layaknya roda yang berputar, tinggal bagaimana kita menyeseuaikan diri saat kedudukan roda berada di atas maupun di bawah. Dan segala Tindakan kita tidak akan berarti apa -- apa jika tidak bermuara pada Sang Ilahi.

Dalam Islam pun ada istilah yang dikenal Zuhud. Dimana orang yang sudah menaklukan dunia dan sudah tidak terikat lagi akan segala hal materialisme duniawi. Ini erat kaitannya dengan konsep syukur, dan syukur sendiri akan bisa dicapai apa bila kita bisa bersikap ikhlas terhadap segala sesuatu.

Segala konsep di atas jika kita coba memparafrasekan itu, mungkin kata yang pas mewakili konsep di atas adalah "serah". Serah memiliki sinonim pasrah. Ini bukan berarti terserah dan menyerah akan kondisi yang menimpa, melainkan berserah diri terhadap suatu dzat yang dengan segala sifat Maha-Nya kita pasrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun