[caption id="attachment_322551" align="aligncenter" width="300" caption="Lautan Lampion menyambut Capgomeh di Beijing"][/caption]
Hari ini Seluruh daratan China merayakan 2 hari penting yang bersamaan, yaitu hari Valentine dan Yuanxiao Jie (Capgomeh) yang jatuh bersamaan pada tanggal 14 Februari 2014.
Sejak tengah malam tak hentinya suara petasan menggema memecah kesunyian malam dingin yang sedang minus 8 derajat serta dibayangi polusi yang berkategori Hazardous (IPM.2,5 = 308). Â Kota Beijing serasa malam tiada istirahatnya, setiap rumah terdengar tawa derai bahagia, dan suara keras orang bercakap menggema di setiap lorong gang rumah warga.
Malam itu adalah saat yang sangat dilematis bagi para pasangan, apakah akan menghabiskan malam itu dengan sang kekasih atau suami, ataukah kembali ke rumah orang tua menemani mereka makan Zongzi (Rice Dumpling/ kelepon) menghabiskan malam menjadi pendengar setia para orang tua yang bernostalgia dan mendengarkan nasehatnya.
Malam itu saya berlinang air mata karena tidak bisa menghabiskan malam dengan orang tua, pasrah oleh keadaan dan situasi. Ekspresi cinta tidaklah cukup diucapkan via telepon, kehadiran fisik bertemu orang tua adalah hadiah terbesar mereka di hari Capgomeh.
Capgomeh atau malam ke 15 kalender peninggalan China yang di daratan China disebut Yuanxiao Jie merupakan bulan purnama pertama tahun baru yang merupakan simbol tibanya musim semi dan berakhirnya perayaan imlek (tahun baru). Berabad abad lamanya di daratan China capgomeh ini dirayakan sebagai hari berkumpulnya keluarga (family gathering), tradisinya dimalam itu setiap keluarga menyalakan lampion dan menikmati sinar bulan pertama ditahun baru, menyalakan kembang api, makan kelepon (kue beras yang isinya bisa gula, kacang kedelai, kacang merah) lengkap dengan obrolan semalam suntuk yang membuat malam terasa hangat dan ceria.
Tradisi ini dimulai semenjak Dinasti han ketika agama Buddha pertama kali diperkenalkan kepada rakyat China, dimana pendeta mendatangi kuil buddha dan menyalakan lampion disekeliling Sarira (Sang Buddha) untuk menunjukan hormat dan cinta pada Sang Buddha di tanggal 15 bulan pertama imlek. Masyarakat biasa umumnya hanya menggantungkan lampion di rumah masing-masing dan jalanan demikian pula istana memasang lampion di malam itu sehingga kemudian acara tersebut lebih dikenal sebagai Shangyuan Festival (Festival lampion) dimasa Song Dinasti. Dimasa itu selain sebagai perayaan untuk menunjukkan hormat dan cinta kepada sang Budha, juga arena melepas curahan hati, dimana setiap orang menuliskan isi hati dan harapan pada kertas yang digantungkan di lampion masing-masing dan kemudian saling bertukar dengan tamu yang datang atau kerabat yang berkunjung sehingga masing-masing saling mengetahui harapan dan kegalauan hati menghadapi tahun baru.
Dimasa dinasti Qing, acara Capgomeh ini makin ramai dengan kebiasaan baru yaitu menyalakan kembang api dan petasan, makan sup kelepon (Yuanxiao) yang terkenal dengan sebutan Tangyuan, makan bersama seluruh anggota keluarga begadang sampai pagi.
Acara Capgomeh ini telah berlangsung 2000 tahun lamanya dan masih menjadi tradisi yang melekat di masyarakat China Modern.
Namun, daratan China seperti halnya kepulauan Indonesia tidak bisa menahan laju arus budaya barat yang masuk, masyarakat China dipersimpangan jalan terutama generasi mudanya. Apalagi ketika hari itu tepat bersamaan seperti hari ini di tahun 2014, apakah memilih capgomeh kumpul dengan keluarga dan menghormati orang tua ataukah menghabiskan malam dan menghangatkan cinta dengan pasangannya masing-masing. Capgomeh ataukah  Valentine?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H