[caption id="attachment_320825" align="aligncenter" width="300" caption="Wisuda Nakerwan Indonesia lulusan Saint Mary"][/caption]
“Banyak jalan menuju Roma”, begitu kata pepatah Barat. “ Banyak tempat berdagang sutera”, begitu kata pepatah China.
Demikian pula banyak cara memperoleh dana untuk membesarkan universitas di China. Salah satunya adalah menyelenggarakan kelas malam, atau kelas jauh.
Universitas di China dituntut untuk membangun dirinya menjadi World Class University dan membiayai berbagai riset yang walaupun terdapat subsidi dari pemerintah namun tidaklah cukup, seperti halnya bila kita membangun rumah, perkiraan 3 juta bisa melar menjadi 6 juta biayanya. Menggaji dosen outsourcing dari mancanegara juga tidaklah murah, oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk melakukan kegiatan yang bersifat income generating bagi pundi-pundi universitas.
Kegiatan universitas membuka kelas malam bagi mereka yang bekerja selain sangat membantu bagi masyarakat yang sudah bekerja, juga memberikan kesempatan bagi dosen memperoleh pendapatan tambahan, simbiosis mutualisme.
Berapa biaya kuliah kelas malam tersebut? Tentu tidaklah sama dan tidak murah mengikuti kelas malam, berikut tabelnya:
Kelas Universitas Biaya sampai selesai
Ilmu Politik S1 Peking University ¥ 68.000,-
Ilmu Bisnis S2 Peking University ¥ 98.000,-
Ilmu Budaya S2 Peking University ¥ 89.800,-
Ilmu Management S3 Peking University ¥ 180.000,-
Dan Northern Virginia University
Normalnya kuliah di Peking University bagi mahasiswa lokal adalah 6000 Yuan per-tahun. Namun karena kesibukan bekerja dan tiada waktu di siang hari untuk meningkatkan kualifikasinya, maka banyak para professional muda mengambil kelas malam untuk meraih impiannya memperoleh gelar S1, S2, dan S3.
[caption id="attachment_320827" align="aligncenter" width="300" caption="Website untuk kelas ekstensi"]
Beberapa Universitas seperti Beijing Sport University dan Beijing Jiaotong University membuka kelas jauh di Hongkong untuk menjangkau para professional yang bekerja di Hongkong. Bukan hanya para professional asal China ada pula dari Indonesia dan dari mancanegara yang menjadi mahasiswanya.
Perebutan mahasiswa dari kalangan professional berkantong tebal bukan hanya dimonopoli oleh universitas dari China, ada beberapa universitas dari Filipina yang juga menyasar para professional muda Indonesia. Sekitar 400 nakerwan yang sedang bekerja di Hongkong tercatat sebagai mahasiswa Saint Mary’s University yang berasal dari Provinsi Nueva Vizcaya Filipina.
Nah, bagaimana dengan universitas kita? Ada yang sudah mulai mempelopori program kelas Jauh di Luar Negeri, yaitu Universitas Brawijaya Malang. Unibraw membuka program D3 jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Komputer.
Ayo, siapa lagi yang mau mengembangkan sayapnya ke luar negeri? Sebentar lagi ASEAN Community tahun 2015 berlaku, kenapa tidak membuka sayap di Laos, Kamboja, Myanmar. Ketiga negara Indo China tersebut sejauh ini baru dari China yang membuka cabangnya. Ketika saya Tanya kepada teman di Xiamen University, mereka mengatakan, jangan keliru bahwa untuk masa 10 tahun yang akan datang, ketiga negara ini ekonominya bakal Booming mengalahkan Vietnam. Alasan lain yang menjadi daya tarik universitas China membuka cabang di negara Indo China ini adalah karena tingkat kunjungan wisatawan China ke negara-negara Indo China melebihi ekspektasi, contohnya kunjungan wisatawan China ke Kamboja tahun 2013 sebanyak 1,5 juta orang. Bandingkan dengan jumlah wisatawan China ke Indonesia yang hanya 500 ribu orang di tahun 2013, itu pun terkonsentrasi hanya ke Bali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H