"Kadang, aku menulis bukan untuk dibaca, tapi agar aku tetap waras."
Kalimat itu saya tulis di catatan pribadi, suatu malam ketika naskah panjangku tenggelam di lautan algoritma dan headline bombastis.
Lalu saya bertanya-tanya: Masih adakah pembaca sejati di tengah dunia yang hanya memberi kita tiga detik untuk didengar?
Di Era Sekejap Lalu Lupa, Siapa yang Sudi Duduk dan Membaca?
Mari kita hadapi kenyataan, kita hidup di zaman scroll tanpa henti.
Zaman di mana judul lebih penting daripada isi, dan komentar lebih ramai daripada pemahaman.
Tulisan panjang dianggap menyita waktu, padahal waktu itu sendiri kini dikorbankan untuk notifikasi dan konten cepat saji.
Menurut data Statista tahun 2023, rata-rata rentang perhatian manusia dewasa kini hanya sekitar 8 detik, bahkan lebih pendek daripada ikan mas.
Ironisnya, kita adalah generasi yang lebih sering membaca caption daripada buku, lebih akrab dengan tweet daripada esai reflektif.
Di sinilah paradoks itu bermula: Informasi semakin mudah diakses, tapi makin sedikit yang benar-benar ingin memahami.
Ketika Tulisan Dikalahkan oleh Kecepatan
Kecerdasan buatan kini bisa menulis artikel dalam hitungan detik.