Mohon tunggu...
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa Mohon Tunggu... Penulis

Penulis yang sukanya nonton drakor sambil ngopi saschetan. Sedikiti quote: Kata-kata bukan sekadar tulisan, tapi luka yang bersuara. Wakil suara hati untuk mereka yang tak terdengar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Insta Story! Ketika Berbagi Berkah Jadi Ajang Pamer Demi Pahala Digital

17 Maret 2025   12:09 Diperbarui: 17 Maret 2025   12:09 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Insta Story! (Ilustrasi by AI)

"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu." (QS. Al-Baqarah: 271)

Di era media sosial, berbagi bukan lagi sekadar tindakan kebaikan, tetapi sering kali menjadi konten.

Kita semakin sering melihat video seseorang memberikan bantuan kepada orang miskin, membagikan makanan, atau menyantuni anak yatim, lengkap dengan angle kamera yang sempurna dan caption penuh doa.

Apakah ini bentuk kepedulian, atau ada sesuatu yang lebih dalam di baliknya?

Berbagi vs Branding Pribadi

Zaman dulu, orang-orang bersedekah dalam senyap. Ada kepuasan batin yang datang dari memberi tanpa ada yang tahu. Namun kini, sedekah kerap kali terekam dalam resolusi tinggi, lengkap dengan musik latar haru biru dan editan cinematic.

Tidak jarang, kita melihat mereka yang menerima bantuan tampak canggung, bingung apakah harus tersenyum ke kamera atau tetap pada ekspresi mereka yang sebenarnya.

Fenomena ini sering disebut dengan 'pahala digital', sebuah istilah yang merujuk pada tindakan berbagi yang dilakukan dengan harapan mendapat apresiasi dari dunia maya, selain dari Tuhan.

Ada elemen branding yang tidak bisa diabaikan. Semakin banyak engagement, semakin tinggi eksposur akun media sosial, dan tidak jarang berujung pada keuntungan pribadi.

Apakah ini berarti berbagi dengan merekam adalah tindakan salah? Tidak juga. Niat tetap menjadi inti. Jika dokumentasi itu menginspirasi orang lain untuk ikut berbagi, tentu ini adalah hal baik. Tetapi, jika tujuan utamanya adalah mendapatkan validasi sosial, apakah ini masih bisa disebut sebagai ketulusan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun