Mohon tunggu...
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Cuma penulis biasa sekaligus penikmat lagu, perasa puisi, dan pecandu kopi sachetan, selalu menulis dengan mendengarkan suara yang bangkit dari dalam dirinya, suara itu adalah suara kematian (dengan semua firasatnya), suara cinta, dan suara seni.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sultan di Negeri Lemah

1 Februari 2025   16:38 Diperbarui: 1 Februari 2025   16:38 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rakyat adalah piring retak di atas meja,
menghidangkan harapan yang suam-suam kuku,
sementara sultan menumpuk istana dari remah roti
dan merayakan lapar dengan kursi emasnya.

Di jalan-jalan, keringat berdesakan dalam antrian panjang,
membeli impian dengan harga diskon,
tapi toko-toko hanya menjual pajangan,
sementara sultan menukar jam tangannya dengan sebidang langit.

Keadilan adalah kasir yang tertidur,
hukum hanya daftar harga di etalase mewah,
karena peraturan ditulis dengan tinta berlian
dan ditandatangani oleh suara uang yang lebih nyaring dari jeritan.

Di layar kaca, kemewahan menari,
berbisik lirih, "Kau juga bisa, asal punya cukup dongeng."
Sementara itu, di sudut gang, mimpi terbungkus plastik,
dijual murah kepada anak-anak yang belajar kenyang dari udara.

Dan negeri ini tetaplah panggung,
tempat tawa menjadi saham, tangisan jadi rating,
di mana sultan adalah pemeran utama,
dan kita semua hanya figuran yang harus bertepuk tangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun