Mohon tunggu...
Abu Djbril
Abu Djbril Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menebar Cinta Dengan Hikmah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Qurban Seorang Pedagang Sapu Lidi

19 September 2010   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_262316" align="alignleft" width="300" caption="Sumber.bp.blogspot"][/caption] Aku mengenalnya sebagai penjual sapu lidi, dia bernama nek iroh kata tetangga nama lengkapnya Muniroh sejak aku kecil hingga bekerja sekarang dia tetap setia mendagangkan sapu lidinya, umurnya mungkin sudah hampir 80 tahun, terlihat dari punggungnya yang sudah mulai bungkuk "Wis gede sireu nong, padahal mbekan wingi mbok nireu ngejurune " , artinya udah besar kamu nak, padahal baru kemarin ibu kamu melahirkan, begitu nek iroh menyapaku ketika pertama kali bertemu,  Ibuku  walau sudah punya sapu lidi sering membelinya, ibu bilang selain berusaha membantu nek iroh , sapu lidi itu bisa di buat oleh - oleh jika silaturahmi ke saudara atau teman - temannya.. walah oleh - oleh koq sapu lidi pikirku... tapi ibu selalu mengatakan hal yang berguna dan sepele kadang sangat dibutuhkan dan tak terfikirkan. Umurku 26 tahun, aku seorang dokter muda, aku berkerja di salah satu perusahaan bonafide di Cilegon, gajiku besar dan aku belum menikah. Nek iroh kembali menjajakan sapu lidinya ke rumahku, dan seperti biasa ibuku langsung mengambilnya satu dan memberi uang 2000 rupiah, dan mereka terlibat pembicaraan yang mau tak mau aku mendengarnya. " ALhamdulillah nong, saiki wis sejuteu, mugeu - mugeu Gusti Allah marengi, saiki weduse larang .." , artinya ALhamdulillah nak, sekarang udah sejuta, semoga Allah memudahkan, sekarang kambingnya mahal".. ujarnya bercerita... Ibuku hanya tersenyum dan mengatakan, Insya Allah masih ada waktu mbo ... Amin... jawab nenek itu ... AKu tak mengerti apa yang mereka bicarakan , namun aku menunggu nenek itu pergi... setelah pergi aku bertanya kepada ibuku " bu ngobrolin apa sih ? itu loh.. nek iroh khan setiap tahun qurban kambing, sekarang uangnya baru 1 juta, sebentar lagi khan bulan haji.. Aku termenung... aku merasa tersindir, nenek penjual sapu lidi itu menabung untuk berkurban kamu tahun ini harus berkuban loh ndi !!.. gajimu cukup untuk membeli satu kambing khan ? .. i..iiya bu jawabku gugup.. DI tempat kerja aku masih melamun dan masih terpikirkan , aku melihat ke sekeliling, teman - temanku, atasan - atasanku malah sibuk dengan cuti dan liburan lebaran haji... Ah... Hidup ini memang penuh dengan Hikmah ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun