Mohon tunggu...
Jidan Nanda Lesmana
Jidan Nanda Lesmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta | Jurnalis | Menulis Berdasarkan Keresahan

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Kebaya dan Keluarga: Dedikasi Sang Penjahit Dalam Menghidupi Keluarga

27 Desember 2024   18:15 Diperbarui: 27 Desember 2024   18:08 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asril, Sang Penjahit Kebaya (Dokumentasi Pribadi)

Di tengah kerasnya kehidupan ibu kota, hidup seorang laki-laki tangguh yang menjadi harapan keluarga. Dengan mesin jahitnya, ia merajut pakaian dengan berbagai pola dan teknik yang hanya diketahui seorang penjahit. Benang demi benang, kain demi kain, dan berbagai manik-manik serta berbagai jenis kancing, ia rangkai semuanya menjadi sesuatu yang padu, menjadi sebuah pakaian bernama kebaya.

Asril (47) merupakan seorang penjahit kebaya yang telah menjalani profesi ini lebih dari dua puluh lima tahun. Dengan motor tuanya, setiap hari ia menempuh jarak 11 Km untuk mencari nafkah sebagai penjahit, dan hal itu telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun. Setiap jam 9 pagi, ia berangkat dari rumahnya di Jakarta Utara menuju Pasar Sunan Giri untuk menjahit kebaya yang dipesan oleh pelanggan. Tak hanya menjahit di Pasar Sunan Giri, ia juga membuka jasa jahit pakaian di rumahnya.

Mengenai keahliannya sebagai seorang penjahit, ia memulainya pada usia 22 tahun setelah merantau dari Padang hingga ke Jakarta. Dalam prosesnya, ia mempelajari berbagai teknik jahit menjahit dengan temannya, yang kini menjadi bosnya. Awalnya, ia mempelajari bagaimana cara sambung menyambung bahan dengan mesin, membentuk pola, mengobras, hingga finishing-nya. Perlahan tapi pasti, ia menguasai teknik menjahit kebaya dengan berbagai model, bahkan, ia sering merekomendasikan model kebaya yang bagus pada pelanggan yang hendak membuat kebaya padanya.


“Waktu mulai jahit itu pas umur 22 tahun, waktu itu belajar sama temen saya tuh, tapi sekarang udah jadi bos saya. belajarnya lumayan susah, tapi gak makan waktu lama, jadi lama-lama terbiasa dan jadi ahli. Bahkan, kalau menjahit itu suka ditanya model yang bagus buat yang ngorder kebayanya,” ujar Asril saat diwawancara pada 20 Desember 2024.

Bagi Asril, kebaya bukan sekadar pakaian, menurutnya, setiap kebaya yang didesain dan ia jahit adalah sebuah karya. Menurutnya, menjahit kebaya butuh ketekunan, fokus yang tinggi, hingga ketelitian agar tidak ada hal-hal kecil yang tertinggal. “Jahit kebaya tuh bener-bener harus teliti, harus fokus, sama tekun. Soalnya banyak pretelan yang kalau tertinggal, itu bisa bikin kebaya nggak bagus.” ujar Asril sambil memotong kain.

Dengan keahliannya menjadi penjahit kebaya, ia juga membuka jasa jahit di rumah. tujuan ia membuka jasa jahit dirumah karena penghasilannya sebagai penjahit di Pasar Sunan Giri tak menentu. Menurutnya, pasca pandemi COVID 19, penghasilannya menjadi tak menentu, kadang cukup untuk kebutuhan keluarga, kadang hanya cukup untuk makan.

Walau membuka jasa jahit kebaya di rumah, ia tetap menjaga kualitas jahitannya layaknya ia bekerja di Pasar Sunan Giri. Dengan membuka jasa jahit di rumah, selain menambah pemasukan, menjahit di rumah memberinya kebebasan lebih dalam mengatur waktu, meskipun terkadang melelahkan karena ia bekerja lebih ekstra. Namun, ia tetap memberikan yang terbaik untuk jahitannya, karena baginya, kualitas yang baik akan menentukan kesetiaan para pelanggan.

Di usianya yang hampir menyentuh setengah abad ini, ia tak lagi mengharapkan hal yang terlalu besar. Ia hanya ingin bekerja dengan baik dan memberikan jahitan kebaya yang berkualitas tinggi pada pelanggan. Lalu, ia berharap dengan profesinya ini, dapat memenuhi segala kebutuhan keluarganya, apalagi, ia memiliki anak yang sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas di Ciputat.


“Kalau sekarang mah nggak muluk-muluk sih, yang penting bisa kerja, ngejahit kebaya yang bagus buat pelanggan, biar pelanggan juga loyal ngejahit terus sama kita. Apalagi, saya punya keluarga yang harus dikasih makan, terus, anak saya yang pertama juga lagi kuliah di UIN Ciputat. Jadi ya intinya, semangat aja terus buat kerja,” tambahnya.

Di akhir wawancara, Asril juga menyatakan harapan untuk anaknya agar kelak dapat sukses lebih dari dirinya. ia mendoakan anaknya agar sukses dengan pilihannya dan dapat membawa kebahagiaan untuk keluarganya. “Yang namanya orang tua, pasti pengen anaknya lebih sukses dari orang tuanya kan. Jadi, ya saya harap dia bisa sukses dengan pilihan hidupnya, semoga juga bisa bikin seneng keluarganya,” ucap asril di akhir wawancara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun