Mohon tunggu...
Jidan Nanda Lesmana
Jidan Nanda Lesmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan prodi Jurnalistik.Saya pribadi yang sangat hobi dengan membaca, adapun saya seorang Introvert yang selalu mengikuti isu-isu terbaru baik dengan skala nasional ataupun internasional, adapun topik yang sangat saya sukai adalah politik, hukum, olahraga, dan isu lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Suku Asmat dan Kepercayaan Terhadap Dewa Fumeripits

14 Agustus 2024   00:12 Diperbarui: 14 Agustus 2024   10:34 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fumeripits merupakan dewa tertinggi yang dipercaya oleh suku Asmat. Dalam konsep ketuhanan, Fumeripits awalnya hanyalah seorang manusia biasa yang menjelang kematiannya dibangkitkan dan memiliki kuasa layaknya tuhan. Sebagai entitas tertinggi, Fumeripits dipercaya memiliki peran krusial dalam segala aspek kehidupan suku Asmat, peran yang dimaksud sebagai pelindung, pemelihara, dan penjaga keseimbangan alam. Adapun Fumeripits disimbolkan melalui kayu yang dipahat, dimana ukiran-ukiran kayu tersebut menjadi simbol kebudayaan suku Asmat.

Dalam mitos yang turun temurun secara lisan, Fumeripits merupakan seorang pemuda yang pandai mengukir kayu. Sebagai seorang pemuda, ia juga memiliki hasrat jatuh cinta kepada seorang perempuan, perempuan tersebut bernama Teweraut. Dalam suatu waktu, setelah bertemu Teweraut, Fumeripits diantar pulang oleh Teweraut dengan menggunakan perahu, namun dalam perjalanan, perahu tersebut dihantam ombak. 

Fumiripits tewas dan tubuhnya terombang-ambing di lautan, lalu ditemukan oleh dua orang bernama Eer dan Samaar. Kedua orang tersebut mengobati Fumeripits dengan telur ayam hutan, telur kasuari, dan telur buaya, dengan ramuan tersebut, akhirnya Fumeripits dapat hidup kembali dan tinggal dengan dua orang yang menyelamatkannya.

 Dalam kepercayaan Suku Asmat, dewa Fumeripits dengan perasaan kesepian menciptakan ukiran patung berbentuk manusia. Ukiran patung tersebut hidup dan dipercaya menjadi cikal bakal awal kehidupan nenek moyang suku Asmat. Dengan demikian, nama Asmat sendiri secara etimologi berasal dari kata Osamat yang memiliki makna "manusia dari pohon". Pemaknaan nama Asmat secara etimologi ini berkaitan dengan kepercayaannya karena kala itu dewa Fumeripits membentuk ukiran patung yang kayunya sendiri berasal dari pohon yang ia tebang.

 Adapun dalam ritual, suku Asmat biasanya membuat ukiran kayu dari pohon fum, ukiran tersebut disebut aminfum wow. Ukiran tersebut dibuat dengan tujuan agar masyarakat Asmat mendapatkan berkat dari kekuatan Fumeripits. Selain itu, suku Asmat memiliki ritual lainnya, yaitu ritual pesta ulat sagu (Tok Pow Mbu). Dalam ritual ini, dinyanyikan musik dari tifa dengan tujuan rasa syukur pada tuhan, kekaguman atas ciptaan tuhan, dan permohonan agar hidup selalu aman dan tenteram. Dalam kepercayaan suku Asmat, mereka meyakini bahwa selama hidup mereka wajib memberikan penghormatan kepada dewa dan roh leluhur dengan berbuat kebaikan dan tunduk pada hukum adat. Kewajiban tersebut bertujuan agar mereka dapat tinggal dengan

para roh leluhur di akhirat kelak. Adapun jiwa-jiwa yang tidak dapat tinggal bersama roh leluhur akan ditempatkan di tempat persinggahan yang bernama Damir Ow Capinmi. Mereka yang menetap di tempat persinggahan dapat pergi ke tempat para roh leluhur jika para penduduk suku Asmat menebus mereka dengan membuat ukiran patung individu tersebut, lalu digelar ritual pesta seperti tarian, pesta ulat sagu, dan sebagainya. Melalui permohonan tersebut, dewa Fumiripits akan membawa roh-roh tersebut menuju tempat peristirahatan terakhir, dimana mereka dapat hidup bahagia bersama roh leluhur.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat diketahui bahwa suku Asmat merupakan suku yang masih memeluk kepercayaan animisme dengan melakukan persembahan melalui tarian, atau dengan ritual-ritual yang melibatkan simbol. Kepercayaan akan dewa Fumeripits yang disimbolkan dengan ukiran kayu menjadi salah satu keunikan tersendiri, bahkan hasil ukiran kayu mereka telah mendunia dan telah menjadi identitas bagi suku mereka. Melalui paparan tersebut, dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa suku Asmat merupakan suku yang tetap eksis kebudayaannya lantaran mereka menjaga kepercayaan dan hukum adatnya secara turun temurun.

Sumber:

Jalo, Fransiskus Vanlith, Agus, (2024). Kepercayaan Animisme dan Paham Ketuhanan Fumiripits Dalam Mitologi Suku Asmat. Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual. 2(1).

Koupun, Mien Yanelia, (2016). Em So Dalam Ritus Tow Pok Mbu Suku Asmat. Jurnal Kenosis. 2(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun