Mohon tunggu...
Jibran Hilmy
Jibran Hilmy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sasaran Retorika Dakwah

3 Juli 2024   11:21 Diperbarui: 3 Juli 2024   11:43 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Syamsul Yakin dan Jibran Hilmyansyah (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Secara umum, sasaran retorika dakwah mencakup semua manusia, baik muslim, kafir, maupun munafik. Pada masa awal Islam, Nabi Muhammad berdakwah berdasarkan perintah Allah yang tertulis dalam al-Qur'an. Untuk memahami target dakwah retorika, kita dapat merujuk pada respons manusia terhadap al-Qur'an.

Ayat yang menggambarkan respons manusia terhadap al-Qur'an secara jelas tertuang dalam QS. Fathir/35: 32, yang menyatakan bahwa Kitab itu diwariskan kepada orang-orang yang dipilih Allah di antara hamba-hamba-Nya. Di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada yang bersegera dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah.

Kelompok pertama merespons turunnya al-Qur'an dengan menganiaya diri sendiri (zalim linafsih). Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, frasa ini merujuk pada orang yang lalai terhadap sebagian perintah yang diwajibkan dan malah mengerjakan sebagian larangan yang diharamkan. Misalnya, al-Qur'an memerintahkan menyembah Allah, namun mereka menyembah berhala; al-Qur'an memerintahkan membayar zakat, namun mereka mengabaikannya. Mereka ini termasuk kalangan kafir, dan menjadi sasaran pertama retorika dakwah.

Kelompok kedua merespons dengan setengah-setengah atau pertengahan, bimbang mengenai kebenaran al-Qur'an. Mereka separuh-separuh mengamalkan ajaran al-Qur'an. Allah menandaskan dalam QS. al-Baqarah/2: 23 agar mereka yang ragu membuat satu surat yang semisal dengan al-Qur'an. Menurut Ibnu Katsir, karakter kelompok ini adalah orang yang menunaikan perintah yang diwajibkan namun tidak konsisten, kadang mengerjakan perbuatan yang disunahkan dan kadang mengerjakan perbuatan yang dimakruhkan. Kelompok ini mewakili kondisi psikologis orang-orang munafik, dan menjadi sasaran kedua retorika dakwah.

Kelompok ketiga merespons dengan bersegera berbuat kebaikan (sabiq bil-khairat), yang sesuai dengan perintah Allah dalam QS. al-Baqarah/2: 148 untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Menurut penulis kitab Tafsir Jalalain, frasa ini berarti segera menaati dan menerima ajaran al-Qur'an. Mereka ini adalah sasaran ketiga retorika dakwah, dan merupakan yang terbaik, karena diharapkan mampu melanjutkan gerakan dakwah secara konsisten dan kontinu.

Selain berdasarkan respons terhadap al-Qur'an, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan dari sisi pelapisan sosial, yang mencakup kelas atas secara pendidikan dan ekonomi, kelas menengah, dan kelas bawah. Lebih rinci lagi, sasaran retorika dakwah bisa dipetakan dari jenis kelamin, geografis, etnis, dan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun