Di penghujung cuaca yang tanggung
Antara hujan dan kemarau
Di samping murid, duduklah sang guru
Wajahnya tenang, cerah, tidak gemuruh
Sementara raut muka muridnya gelisah
Seakan tertekan hutang negara yang tak tuntas
Seolah debt collector siap menghajar dirinya
Kulitnya kering, bibirnya pecah dan sayu matanya
Akan ada badai teknologi
Kata murid itu terbata dan dingin
Identitas kita segera tersingkir
Urat nadinya serasa terpelintir
Guru itu menatap sang murid seksama
Menyelimutinya dengan kain tebal dari baratnya Indonesia
Menurutmu kenapa Tuhan percaya diri mencanangkan
Bahwa manusia itu makhluk yang sempurna?
Murid itu menggeleng tak karuan
Sibuk dengan awang-awang pikiran
Guru itu melanjutkan percakapan tanpa henti
Sebab muncul perasaan di dalam hati
Dan hanya manusia yang diberkati
Seperti pergantian siang dan malam yang cepat
Getaran badan sang murid terhenti, ia menjilati bibir keringnya
Lalu menyingkap selimut pada badannya
Bila kapankah teknologi memunculkan
Perasaan dari hati yang terkoneksi dengan Tuhan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H