Mohon tunggu...
Jihan Agnel
Jihan Agnel Mohon Tunggu... Penulis - Your secret writer

You matter. No matter what.

Selanjutnya

Tutup

Film

Ujung Jari Berujung Petaka

4 November 2023   20:22 Diperbarui: 4 November 2023   20:24 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: instagram @filmbudipekerti

Awal liat poster film Budi Pekerti, mata saya menangkap sosok Dwi Sasono, aktor kesukaan saya, sebagai salah satu pemerannya. Senyuman tipis otomatis terlukis di muka.Lalu mata saya mulai menjelajahi wajah pemain lainnya. Sha Ine Febrianti, aktor senior lainnya dan 2 orang aktor baru. Awalnya saya agak ragu dengan 2 aktor baru tersebut tapi keraguan saya mulai memudar saat melihat nama penulis sekaligus sutradaranya, Wregas Bhanuteja.

Budi Pekerti, sebuah film yang cerdasnya kebangetan. Terbukti film itu masuk 17 nominasi Piala Citra 2023. Adegan awal film dibuka dengan kondisi belajar mengajar melalui online saat pandemi berlangsung. Adegan itu sekaligus menjadi kata kunci film secara keseluruhan. Dunia Digital.

Konflik film dimulai saat sebuah postingan yang merekam sepotong kejadian cekcok antara bu Prani dan wisatawan (bapak-bapak) asal Jakarta. Dengan kekuatan netizen, postingan tersebut menjadi viral. Sayangnya video yang viral itu hanya merekam potongan dari kejadian yang sebenarnya. Menanggapi hal itu, muncul lah beberapa konflik yang menerpa bu Prani serta keluarganya.

Seluruh rangkaian adegan film dijahit dengan kejadian-kejadian yang dekat oleh masyarakat: Benar dan salah menjadi bias ketika dipersepsikan oleh masyarakat luas secara digital.

Kita benar-benar dicekik oleh konflik padat yang ringan untuk dikonsumsi. Baru aja lega sebentar, muncul lagi masalah lainnya. Tapi dengan begitu, film yang berdurasi selama hampir 2 jam menjadi tidak terasa lama. Karena alur filmnya masih bisa diikuti tanpa terasa berat.

Wregas Bhanuteja seolah sengaja untuk mengumpulkan emosi penonton secara perlahan agar membuncah di adegan akhir. Jujur saya sendiri nangis ketika adegan terakhir. Sekaligus ada perasaan lega yang diikuti dengan geleng-geleng kepala, "Kok bisa filmnya sebagus ini?" "Wregas Bhanuteja makan apa sih?"

Pesan-pesan yang disampaikan bisa langsung diserap oleh penonton secara mudah. Point lainnya, 2 aktor pemain baru yang sempat saya ragukan ternyata menjadi matang di tangan Wregas Bhanuteja. Aktingnya keren! Salut!!

Selesai nonton saya masih terkagum-kagum dan memantik semangat saya untuk suatu saat bisa menulis skrip film.

Jadi yakin, kamu mau lewatin film cerdas ini?

(picture source: instagram @filmbudipekerti)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun