Anak muda, siapa yang tidak mau berpacaran?Â
Setiap kali jalan, mata saya selalu menangkap sepasang atau lebih yang sedang menikmati indahnya hidup di bumi. Di motor, sang ratu memeluk erat pinggang rajanya dan terkadang mengelus-elus dadanya. Di tempat makan, si penguasa bumi disuapi setelah sang panglima memastikan makanannya sudah tidak panas. Di tempat belanja, sang penjaga sigap membawakan barang bawaan si bos.Â
Hidup di Antartika pun aku bersedia jika bersamamu.
Ups, sobat jomlo, ada yang kebelet pengin punya pacar?
Sebelumnya, apa, sih arti pacaran bagi kalian?
Supaya ada teman bermain? Biar bisa diantar-jemput? Buat seru-seruan aja? Biar bisa foto bareng? Paling oke kalau jawabannya 'merasa cocok untuk jadi teman hidup'. Â Asyik.Â
Sudah menginjak usia dewasa, ada beberapa laki-laki yang pernah mengajak saya pacaran. Katanya, sih, mereka suka sama saya. Saya orangnya gampang tersenyum, ramah, nggak ribet. Kata mereka, ya. Jadi, apakah saya mau jadi pacar mereka?
Jujur, ketika mendapati ada orang yang suka sama saya, saya sangat senang. Saya senyum-senyum sendiri setiap kali mengingat momen itu. Bagaimana mereka mengungkapkan perasaannya dan berusaha meyakinkan saya agar mau menerima mereka.Â
Sayangnya, ketika mereka menjawab pertanyaan saya, keputusan saya membuat saya jomlo sampai sekarang.Â
'Mengapa kamu mau pacaran dan apa arti pacaran bagimu?'
Jawaban mereka hampir sama. Buat mencari pengalaman, buat mengisi waktu, biar ada yang kasih semangat setiap hari. Ya, begitulah akhir kisah saya bersama mereka yang semuanya adalah buaya--kisah kami belum dimulai, tapi harus sudah berakhir.
Di tengah gempuran asyiknya berpacaran, apakah saya menyesal dengan keputusan saya?Â
Tidak sama sekali. Saya malah senang dan bangga karena bisa menolak mereka. Seru-seruan? Penambah semangat? Saya bisa mendapatkan itu semua dari hal lain. Buat apa saya harus mengikat diri dengan 'pacaran'?
Tidak mudah menjalin hubungan.Â
Ketika berpacaran, hal pertama yang saya bayangkan adalah bagaimana saya bisa membagi waktu dengan dia. Bagaimana saya harus memahami sikapnya dan berusaha menyesuaikan diri dengan semua kebiasannya. Jika hubungan kami tujuannya adalah untuk menikah, mangapa tidak? Saya tidak akan keberatan untuk mengenalnya lebih dulu.Â
Jika di awal saja dia sudah menunjukkan ketidakseriusannya, hentikan. Jangan dicoba-coba.Â
Sobat jomlo, jika kamu masih belum menemukan seseorang yang benar-benar cocok denganmu, santai saja. Lebih baik menunggu sedikit lebih lama daripada mencoba-coba.Â
Semangat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H