Ahok sendiri berseloroh, “15% ini jatah preman”. Soal kontribusi tambahan 15% inilah yang oleh para taipan properti itu mau disatukan dikonversi dari yang 5% kontribusi lahan saja melalui berbagai lobi, yang akhirnya berujung skandal suap kepada si politisi santun kita tersebut diatas. Pengusaha maunya 5% kontribusi lahan saja, sedangkan Ahok maunya 5% kontribusi lahan + 15% kontribusi tambahan (untuk membangun diatas 5% lahan itu). Dari sini bisa terlihat perbedaan visi diantara keduanya, dan betapa Ahok begitu tega “memalak”. Sudah bertingkah mirip Si Pitung dia.
Untunglah Ahok rencananya akan menamakan area pelabuhan baru bertaraf internasional di Marunda nanti “Kawasan Ekonomi Khusus Ali Sadikin”, dan bukannya “Kawasan Ekonomi Khusus Si Pitung”. Sejarah ilmiah memang harus dibedakan dari legenda romantis. Rasionalitas diatas emosionalitas.
Ali Sadikin dulu juga tidak mengasosiasikan proyek pembangunannya dengan Si Pitung yang legendaris, melainkan dengan Muhammad Husni Thamrin yang historis.
Yogyakarta, 4 April 2016 | Oleh Josef H. Wenas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H