Sang mentari mulai perlahan menarik diri, menghilang dari permukaan langit yang di selimuti oleh warna jingga yang indah. Cahayamu yang pudar menembus jendela kamar.
Semenjak kepergian mu, senja tak lagi indah seperti dulu, yang biasanya sering bersama menghabiskan waktu di sore hari menikmati kesejukan angin dan keindahan langit jingga, kini semua tersisa kesunyian dalam hati .
Secangkir kopi hangat yang mendampingi, uap hangat,tak mampu menghangatkan hati yang sedang kedinginan, ku teringat janji yang pernah kau ucapkan. Janji tuk selalu bersama melewati suka duka, namun sang takdir berkata lain.
Menetes nya air mata membasahi pipi ini, ku mencoba untuk menghapusnya dan berusaha untuk tetap tegar, namun tak bisa, hati ini makin menusuk tak terhenti.
"Mengapa kau meninggalkanku sendiri?" pertanyaan yang tak pernah berhenti timbul dari dalam hati ini
Hembusan angin malam mulai terasa, membawa harumnya tanah yang basah, ku mencoba menutup mata untuk melupakan sejenak kesedihan, namun wajah itu terus terbayangkan
Senja itu terasa sangat menyakitkan, ku berharap suatu hari nanti, luka ini akan sembuhÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H