Bhumi Immaculate! - Cita-cita akan bumi yang bersih, rapi, tanpa noda
Ditulis Oleh : Jhosef Nanda Putra - Alam Lejar Bhumi Immaculata || instagram.com/jhosefnanda
Fenomena "katrol nilai" di sekolah bukanlah hal baru, tetapi belakangan ini menjadi semakin mencolok dan mengkhawatirkan.Â
"Katrol nilai" mengacu pada praktik mengubah atau meningkatkan nilai siswa secara tidak wajar agar mereka memenuhi syarat untuk naik kelas atau lulus.Â
Di balik praktik ini terdapat tekanan yang besar, baik dari pihak sekolah, orang tua, maupun kebijakan pendidikan yang menuntut agar semua siswa naik kelas.Â
Namun, praktik ini menimbulkan berbagai masalah serius yang dapat merusak integritas pendidikan, kejujuran akademis, dan masa depan siswa itu sendiri.Â
Tekanan untuk Naik Kelas: Di Mana Letak Masalahnya?
Dalam sistem pendidikan kita, ada tuntutan yang sangat kuat agar semua siswa naik kelas setiap tahun. Ini terlihat dari kebijakan pemerintah dan harapan orang tua yang menuntut keberhasilan akademis dalam bentuk kenaikan kelas.Â
Tekanan ini sering kali membuat guru dan pihak sekolah melakukan berbagai cara untuk memastikan bahwa tidak ada siswa yang tinggal kelas, termasuk dengan cara "mengatrol" nilai siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau yang sekarang akrab disebut Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Apapun istilahnya, esensinya sama.
Proses belajar di sekolah tidak selalu berjalan mulus. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademis siswa, mulai dari masalah pribadi, lingkungan keluarga, metode pengajaran yang kurang efektif, hingga keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah.
Akibatnya, ada siswa yang kesulitan mencapai KKM di akhir semester atau kenaikan kelas.Â
Namun, alih-alih memberikan solusi yang tepat, sering kali jalan pintas diambil dengan menaikkan nilai mereka agar terlihat memenuhi syarat.
Namun, alih-alih memberikan solusi yang bijak, sering kali jalan pintas diambil dengan menaikkan nilai mereka agar terlihat memenuhi syarat.