Mohon tunggu...
Jhosef Nanda
Jhosef Nanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata - Pegiat Permakultur di Alam Lejar Bhumi Immaculata - Pendidik di Wisma Remaja Bagimu Negeriku

Menulis itu kemerdekaan!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pembuatan Eco Enzyme Dapat Menurunkan Cuaca Panas Ekstrem di Kota Semarang

19 Juni 2024   21:47 Diperbarui: 19 Juni 2024   22:41 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eco Enzyme (Dokumentasi Pribadi)

Kota Semarang adalah salah satu dari ketiga kota di Indonesia yang mengalami panas ekstrem. Kedua kota lainnya adalah kota Jakarta dan Makassar. Panas ekstremini menandakan suatu hal yang serius, baik terkait perilaku manusia maupun gejala alam sebagai akibatnya. 

Manusia hidup di era modern seperti ini sangat terbelenggu oleh gaya hidup konsumerisme. Perilaku konsumtif yang tidak terkendali seperti membuang sampah sembarangan, tidak ada pemilahan sampah yang baik dan penumpukan sampah berakibat langsung terhadap cuaca ekstrem ini. 

Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, ada sekitar 1.110 ton sampah per hari di Kota Semarang. Dari jumlah tersebut, 60% diantaranya adalah sampah organik. Sebagian besar sampah ini tidak terkelola dengan baik sehingga menimbulkan bahaya yang tidak sepele.

60% sampah di TPA adalah sampah organik

Sampah organik yang tidak terkelola ini menimbulkan gas metana. Gas ini merupakan salah satu gas rumah kaca yang menimbulkan dampak terhadap pemanasan global 25 kali lebih besar daripada karbondioksida (CO2). Selain itu penumpukkan sampah organik juga berisiko menimbulkan ledakan dan kebakaran. Hal ini sudah pasti berdampak langsung terhadap panas ekstrem yang warga rasakan setiap harinya.  

Untuk menyikapi persoalan ini, pemerintah Kota Semarang sudah melakukan beberapa upaya. Misalnya adalah pembuatan kebijakan mengenai pengelolaan sampah serta kampanye kesadaran lingkungan. Warga kota juga dihimbau lebih peduli terhadap lingkungan seperti tidak membuang sampah sembarangan, memilah sampah dan lain sebagainya. 

Di tingkat komunitas, tindakan peduli terhadap lingkungan juga banyak bermunculan. Salah satunya adalah upaya pengelolaan limbah organik oleh mahasiswa Unika Soegijapranata dan komunitas Rumah Enzyme Alam Lejar Bhumi Immaculata Semarang. Kelompok yang terdiri dari 15 mahasiswa Pramuka, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Arsitektur dan Desain serta Fakultas Psikologi ini belajar membuat eco enzyme. 

Mahasiswa Unika Soegijapranata dan komunitas Rumah Enzyme ALBI Semarang sedang membuat eco enzyme mber gambar (Dokumentasi Pribadi)
Mahasiswa Unika Soegijapranata dan komunitas Rumah Enzyme ALBI Semarang sedang membuat eco enzyme mber gambar (Dokumentasi Pribadi)

Eco enzyme merupakan cairan serbaguna yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik kulit buah dan sayur selama 90 hari. Eco enzyme ini mengandung senyawa asam organik dan enzyme - enzyme yang sangat bermanfaat untuk manusia. Produk turunan dari eco enzyme ini bisa dikembangkan menjadi sabun deterjen, cuci piring, sabun mandi hingga karbol lantai. Selain itu, di bidang pertanian eco enzyme ini bisa dikembangkan menjadi pupuk organik. 

Eco enzyme merupakan cairan serbaguna yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik kulit buah dan sayur selama 90 hari

Para mahasiswa ini melakukan pengelolaan limbah organik menjadi eco enzyme di Asrama SMK Bagimu Negeriku Semarang pada tanggal 15 Juni 2024. Lokasi ini biasa digunakan sebagai tempat diskusi dan eksperimen pengelolaan limbah organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun