Konflik orangtua dan anak merupakan hal yang semakin marak terjadi. Meski demikian hal tersebut tidaklah normal. Konflik orangtua dan anak jika tidak diterima dan dikelola secara bijak akan berdampang buruk bagi keluarga, dan bagi generasi mendatang tentunya.Â
Konflik ornagtua dan anak meliputi berbagai aspek kehidupan dan terkait dengan beragam perbedaan cara pandang. Selain itu tentunya perbedaan era orangtua dan anak pun berperan besar dalam munculnya konflik orangtua dan anak.
Pada artikel ini penulis ingin mencoba beropini mengenai norma social dalam kaitannya dengan konflik orangtua dan anak. Penulis berusaha memberi argumentasi bahwa di lingkungan social masyarakat telah terjadi tranfromasi norma sosial, yang mungkin banyak berbeda dengan norma social 50, 20 atau bahkan 10 tahun yang lalu.
Hal tersebut penulis nilai memiliki sumbangan cukup mendasar dalam maraknya konflik orangtua dan anak. Orangtua menilai perbuatan atau sikap A adalah tidak patut dilakukan. Tapi si anak menganggap sikap A tersebut biasa saja, karena banyak individu melakukannya. Sebaliknya, ada hal yang orangtua anggap perlu dan penting dilakukan. Tapi si anak justru menganggap hal tersebut kuno, ketinggalan jaman dan tidak penting untuk dilakukan.
Kesenjangan semacam itulah yang menjadi kerangka konflik orangtua dan anak. Penulis akan mencoba mengupas ini sesuai pendapat penulis.
Penyebab Umum Kesenjangan Orangtua dan Anak
Perbedaan Kebutuhan
Era orangtua dengan era anak muda sekarang amatlah berlainan. Perkembangan budaya, ekonomi dan teknologi mengubah banyak hal dalam kehidupan seseorang. Kebutuhan tidak sesederhana generasi orangtua. Dulu, barangkali segala hal lebih sederhana dan tidak sekompleks sekarang. Namun semakin kemari kebutuhan seolah-olah menjadi semakin banyak. Kemajuan jaman seakan membentuk banyak kebutuhan baru yang menuntut individu untuk memenuhinya.
Sebagai contoh, pada era orangtua dulu anak-anak memiliki waktu yang banyak untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Mereka banyak mengenal permainan tradisional dan juga budaya-budaya daerah masing-masing. Keterampilan social anak-anak masa itu pun bagus.
Namun semenjak menjamurnya telepon genggam, kebiasaan anak-anak pun mulai berubah. Bermain bersama teman sebaya pun kian langka. Anak-anak sudah menemui teman baru yang lebih canggih, yaitu telepon pintar. Akhirnya ketika terjadi pemakluman perubahan kebiasaan ini, handphone atau telepon genggam atau ponsel pintar seolah muncul sebagai kebutuhan baru yang penting.Â
Padahal pada masa sebelumnya (era orangtua) kebutuhan akan telepon genggam belum ada. Atau mungkin, telepon genggam hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi saja. Tidak seperti sekarang, berbagai aspek kehidupan terpusat dalam kontol ponsel pintar. Telepon genggam tidak hanya menjadi alat komunikasi semata. Ia juga menjadi sumber hiburan hingga alat penunjang pekerjaan seseorang.