Mohon tunggu...
Jhosef Nanda
Jhosef Nanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata - Pegiat Permakultur di Alam Lejar Bhumi Immaculata - Pendidik di Wisma Remaja Bagimu Negeriku

Menulis itu kemerdekaan!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecanduan Game Online dalam Perspektif Psikologi Sosial

8 September 2021   09:54 Diperbarui: 14 September 2021   10:41 2777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com ilustrasi anak bermain game online

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Fathu Rizki Umar dan Yuninda Tria Ningsih (2020), dikutip bahwa hasil survei oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menyimpulkan bermain game online menduduki urutan kedua tertinggi sebagai perilaku masyarakat melalui jasa internet dengan persentase 17, 1%, setelah menonton video dengan persentase 45,3 %. 

Tentu game online bukan merupakan hal yang biasa-biasa saja di jaman percepatan informasi ini. Game online bukan permasalahan orangtua atau guru saja, bukan juga persoalan anak muda saja. Game online merambah ke berbagai lapisan masyarakat. Tidak peduli pekerjaan, status sosial, gender maupun usia, game online ada. Anda bisa menyaksikan sekarang ini anak balita sudah cakap bermain game pada gadgetnya. Begitu pun dengan orang-orang dewasa yang asyik menunduk, menatap layar smartphone nya dengan jari jemari yang sibuk bergerak.

Sehingga persoalan kecanduan game online bukanlah barang biasa. Ini merupakan fenomena sosial, yang tentu memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Lebih lagi bagi anak muda Indonesia, yang saat ini mendominasi jumlah penduduk Indonesia sekaligus sebagai pemakai game online terbanyak pula.

Kali ini, penulis mencoba mengkaji fenomena sosial kecanduan game online dalam perspektif teori-teori psikologi sosial. Penulis akan mencoba berbagi, mengapa individu dalam masyarakat bisa kecanduan game online melalui teori psikoanalisis, behavioristik dan teori kognitif.

Teori Psikoanalisis

Pada teori ini penulis mencoba menggunakan perbandingan tipe kepribadian individu berdasarkan teori kepribadian Lima Faktor :

  • Neuroticism tinggi, individu yang menganggap dunia sebagai sesuatu yang mengancam (mereka cenderung untuk stress), sehingga beralih kepada game online dengan anggapan game online mudah dikendalikan (dikontrol).
  • Constientiousness rendah, adalah orang-orang yang kurang gigih dalam mencapai tujuannya. Orang dengan tipe ini cenderung sulit dalam mengambil keputusan. Sehingga beralih kepada game online karena memiliki aturan yang jelas, tersistem dan mudah dipahami.
  • Ekstraversion rendah, individu tipe ini memiliki masalah dalam berhubungan sosial dengan orang lain.  Mereka ingin berkontak social tetapi tidak memiliki kemampuan dalam hal itu. Sehingga mereka beralih kepada game online, karena fitur kerjasama yang ada didalamnya memungkinkan orang dengan ekstraversion rendah ini tetap dapat bersosialisasi dan diterima secara virtual.
  • Agreeableness rendah, individu yang memiliki interaksi sosial yang buruk di dunia nyata, sehingga menyadari bahwa orang lain akan membuat jarak terhadap dirinya, tidak adanya kedekatan dan kehangatan, sehingga memotivasi individu untuk mencari kontak sosial di lingkungan virtual atau dunia game dibandingkan di dunia nyata sehingga membuat mereka berkecenderungan mengalami kecanduan game online
  • Openness rendah, individu ini cenderung konvensional dan tidak kreatif. Ia akan tetap asyik bermain game online apabila sudah nyaman. Hal inilah yang secara tidak sadar membuat individu tipe ini akan kecanduan game online.

Teori Behavioristik

Menurut J.B Watson, manusia itu bereaksi terhadap lingkungannya, karena manusia belajar dari lingkungan. Pada teori behavioristik dapat dikenali paradigma stimulus-respon. Fenomena kecanduan game online dalam teori behavioristik adalah bermula dari stimulus yang diterima oleh individu dari lingkungan dekatnya. Baik itu di keluarga, teman pergaulannya maupun di sekolahnya.

Sebagai contoh, seorang siswa SD memiliki lingkaran pertemanan pemain game online, otomatis kecenderungan untuk siswa tersebut bermain game online juga sangat besar. Titik inilah yang kemudian akan membawa siswa tersebut kecanduan game online, karena meniru dan belajar dari lingkungan pertemanannya.

Dalam keluarga masa kini, bahkan anak balita pun sudah dikenalkan dengan gadget. Tidak heran memang apabila anak balita sudah bisa mengeksplorasi telepon cerdas. Proses yang disadari atau tidak disadari ini merupakan proses pembiasaan dalam teori behavioristik. Menyebabkan dimasa pertumbuhan sang anak tidak bisa lepas dengan gadget, atau lebih spesifik terhadap game.

Teori Kognitif

Pada teori ini fenomena kecanduan game online terjadi sepenuhnya di alam kesadaran. Dan merupakan akibat dari faktor internal dan eksternal individu. Kecanduan game online tidak hanya merupakan akibat dari lingkungannya yang mendukung, tetapi juga dari persepsi individu tersebut mengenai game online.

Menurut teori ini, bahkan individu yang kecanduan game online pun tahu bahwa dirinya sedang kecanduan game online. Mungkin juga tahu bahwa lingkungannya mempengaruhi perilaku kecanduan game online. 

Menurut teori kognisi sosial, ada tiga unsur yang dapat menjadi peninjau perilaku kecanduan game online :

  1. unsur person, poin ini mengenai pengendalian diri dan kematangan emosional. Individu yang matang emosinya dan mampu mengendalikan diri dengan bijak cenderung akan menghindari perilaku yang mengarah pada kecanduan game online. Tentu banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghindari kecanduan game online.
  2. unsur environtment, mengenai lingkungan/teman/keluarga sebagai lingkaran yang menjadi contoh bagaimana individu bisa kecanduan game online. Misalnya, seorang anak yang sejak kecil sudah menyaksikan kakak atau orangtuanya bermain game akan cenderung meniru, bahkan dengan insensitas yang lebih tinggi.
  3. unsur behavior, ini menjelaskan bagaimana stimulus dari lingkungan akan amat mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan individu. Individu yang bermain game akan tahu mengenai gejala-gejala kecanduan game. Dirinya berusaha mengendalikan (seperti pada unsur person), tapi karena lingkungannya memberikan stimulus yang mendorong individu tersebut untuk terus-menerus bermain game, maka kemungkinan besar akan terjadi kecanduan game online. Ini terjadi karena perilaku yang dibangun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun