Indonesia sangatlah kaya dengan sumber daya alam yang melimpah termasuk sumber daya tambang dan yang paling banyak adalah batubara. batubara ini sebagai bahan bakar utama bagi PLTU karena lebih murah daripada menggunakan BBM untuk PLTD,Â
banyaknya permintaan batubara ini membuat orang atau perusahaan berlomba-lomba untuk menambangnya bahkan banyak orang yang kaya mendadak karena batubara ini, aku sih paham dengan keinginan manusia untuk memperoleh kekayaan yang berlimpah dan instan, dan aku juga paham bahwa tanpa batubara maka PLN sebagai BUMN yang bertanggung jawab untuk penyedia listrik bagi masyarakat, aku paham itu.
aku tinggal di kalimantan selatan yang buminya banyak mengandung barang tambang termasuk batubara, ratusan bahkan ribuan hektar hutan sudah beralih fungsi menjadi lahan tambang, tidak hanya satu titik.
 jika kalian lihat dari helekopter atau pesawat maka kalian akan di suguhkan dengan pemandangan hijau yang terdapat bintik noda-noda hitam dan putih di mana-mana seperti lobang-lobang di dedaunan yang dimakan ulat, dan salah satu kawasan tambang itu adalah perkampungan tempatku tinggal.
memang dari segi ekonomi ada peningkatan pendapatan bagi penduduk yang bekerja di sana dan penduduk yang punya usaha sekitar, namun apakah ini setara dengan dampak negatif yang timbul akibat dari pertambangan ini? aku selalu bertanya-tanya akan hal itu sampai aku mencoba untuk melakukan penelitian kecil mengenai dampak negatif tambang batubara ini.Â
kalau dipikirkan secara baik-baik hampir semua orang tidak menginginkan dampak ini, tetapi karena dampaknya tidak secara langsung dan tidak rutin maka orang-orang memilih untuk acuh.
sikap orang yang acuh ini mungkin juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan wawasan yang belum cukup sehingga mereka tidak bisa berfikir panjang, atau juga mungkin mereka tahu namun memilih untuk pura-pura tidak tahu dan menikmati apa yang di dapat sekarang daripada harus memikirkan masa depan dia dan keturunannya kelak.
berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari pertambangan batubara yang telah aku amati yaitu:
1. kekeringan, bukan hal aneh di indonesia kalau musim kemarau itu akrab dengan yang namanya kekeringan hingga menjadikan kekeringan ini adalah hal biasa padahal kalau kita belajar tentu kita tahu bahwa kekringan ini adalah akibat dari ulah manusia juga, salah satu sebabnya adalah penambangan ini, hutan yang semula sebagai tempat cadangan air kini berubah menjadi penguras air,Â
maka tidak heran kalau sumur-sumur cepat kering dan tercemar. secara biologi pohon berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan cadangan air, secara normal ketika air hujan melebihi jumlah toleransi penyerapan tanah maka pohon akan menyerapnya dan menyimpannya.Â
dan saat musim kemarau dimana air berada pada kondisi kurang maka pohon-pohon menanggalkan daunnya dan melepas cadangan yang berlebih untuk menjaga tanah dan sumber air tetap berjalan.
2. kebanjiran, seperti penjelasan sebelumnya, ketika pohon-pohon sudah melewati batas ambang penyerapannya maka air yang berlebihan secara otomatis akan keluar permukaan dan memenuhi sumber-sumber air hingga berlebihan maka terjadilah banjir.
3. polosi udara, selain dari proses penggerukan dan loading batubara hingga asap-asap dari truk besar menyebabkan udara sekitar tidak bersih dan penuh debu, seperti ada bau-bau pembakaran akibatnya banyak warga yang mengalami sakit terutama yang berhubungan dengan pernapasan  seperti asma dan ispa atau yang lebih parah adalah TBC.
4. suhu udara, karena udara tercemar dan kurangnya pepohonan menyebabkan suhu udara terasa panas, jika kita keluar rumah sebentar saja tanpa menggunkan pelindung maka dipastikan akan sangat terasa panasnya dibuktikan dengan menghitamnya kulit akibat paparan panas sinar matahari, jadi bukan rahasia lagi atau aku tidak menghina bahwa jarang ditemui warga yang memiliki kulit putih bersih.
sebetulnya banyak lagi dampak jangka panjang yang dari penambangan ini, tetapi jika boleh memilih aku ingin kampungku tidak ada batubaranya sehingga alamnya bisa terjaga. adapun harapanku kepada pemerintah adalah agar memaksimalkan badan penelitian dan pengembangan untuk mencari alternatif pengganti PLTU sehingga permintaan batubara berkurang dan akhirnya tidak adalagi untuk menyelamtkan masa depan suram alam negara indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H