Tindakan Israel terhadap Palestina yang dimulai pada tanggal 12 Oktober 2023 menyebabkan berbagai kecaman dari seluruh dunia, khususnya dunia Islam. Negara-negara isalm sendiri melakukan berbagai aksi, kecaman, hingga kritik terhadap Israel. Hingga pada pertemuan negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), untuk mendorong negara-negara OKI untuk mengambil tindakan terhadap Israel, salah satunya adalah Indonesia yang mana di tingkat global terdapat Gerakan massa yang menentang Israel, seperti tindakan Boycott, Divestment, Sanction (BDS) yang secara aktif untuk memberikan sanksi social terhadap merek, industry, dan perusahaan yang mendukung negara Israel.
Boikot terhadap produk yang pro-Israel menjadi isu yang sangat signifikan pada dinamika ekonomi global dan nasional. Di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduknya Muslim membuat isu tersebut sangat sentiment, sehingga mempengaruhi perilaku konsumen dan kebijakan ekonomi. Boikot produk yang dilakukan dikarenakan adanya indikasi, bahwa sebagian besar pendapatan dan keuntungan dari produk-produk tersebut digunakan untuk membantu Israel baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Sebelum melakukan aksi boikot ada beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan terlebih dahulu, sebab secara ekonomi khusunya Indonesia yang masih berstatus negara berkembang sehingga menyebabkan lebih banyak dampak negative, boikot itu sendiri tidak akan berdampak pada perekonomian Israel bangkrut. Apabila boikot terus dilakukan secara berkepanjangan maka dapat menimbulkan pengurangan karyawan atau PHK di perusahaan-perusahaan yang terpengaruh, sehingga peran pemerintah sangat dibutuhkan sebagai bentuk arahan sebab tanpa arahan yang jelas berpotensi memicu persaingan yang tidak sehat. Pada dasarnya aksi boikot tidak akan mengubah kondisi Israel karena produk yang diboikot tidak langsung diproduksi oleh Israel. Tindakan boikot terhadap produk pro-Israel perlu mempertimbangkan resiko terhadap perekonomian, produk-produk pro-Israel juga memiliki peran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Indonesia sendiri masih bergantung pada produksi ini, sehingga tindakan boikot dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi permintaan dan meninggkatkan jumlah pengangguran. Tindakan boikot juga tergolong tidak efektif karena hubungan ekonomi antara Indonesia dan Israel didukung oleh perdagangan regional dan internasional, sehingga boikot lebih efektif jika focus pada tindakan mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk pro-Israel.
Boikot produk afiliasi pro-Israel dapat memiliki dampak yang kompleks terhadap perekonomian Indonesia, boikot dapat mengurangi permintaan terhadap produk-produk tertentu, yang dapat mempengaruhi penjualan dan pendapatan perusahaan yang terlibat. Di sisi lain, boikot juga dapat memacu pertumbuhan industry local. Masyarakat yang beralih dari produk impor/produk luar negeri ke produk local yang dapat meningkatkan permintaan terhadap barang-barang yang diproduksi dalam negeri.
Seiring berjalannya tindakan aksi boikot pada produk yang dianggap terhubung dengan Israel maka membawa dampak positif bagi UMKM yang ada di Indonesia Menurut Kementrian Koperasi dan UKM (Kemenkop), tentunya pemerintahan Indonesia mengambil langkah strategis untuk menanggapi aksi boikot dengan mendorong konsumen untuk beralih menggunakan produk-produk dalam negeri, sehingga aksi boikot dapat mengubah pola konsumsi masyarakat agar lebih menggunakan produk-produk local ketimbang produk impor/atau barang luar negeri, hingga presiden Jokowi memberikan arahan kepada pemerintahan untuk terus mendorong masyarakat untuk menggunakan produk local dan melelakukan substitusi impor. Pemerintah dapat focus pada meningkatkan nilai merek (brand value) dari produk-produk local melalui kampanye "Bangga Buatan Indonesia". Tujuannya adalah agar UMKM di Indonesia dapat lebih kompetitif dan mampu bersaing dengan produk-produk asing di masa depan.
Aksi boikot pada produk-produk yang berhubungan atau menyalurkan sumbangan ke pada Israel atau yang terkait memilki dampak bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia, dampak ekonomi yang lebih besar jika dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Jika boikot berkelanjutan dalam jangka waktu yang lebih Panjang, seperti satu kuartal atau lebih, dampaknya terhafap ekonomi akan menjadi lebih signifikan.
Meningkatkan person sektor keuangan dan koperasi pemberdayaan sektor riil, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dalam bentuk upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri tidak akan optimal jika tidak didukung oleh lembaga keuangan seperti bank, BPR, dan KSP. Peran Lembaga keuangan sangat penting sebab mereka membantu menjaga kelangsungan usaha dengan menyediakan dana yang dibutuhkan, proses administrasi yang mudah, dan pelayanan yang cepat. Masalah utama yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah kurangnya jaminan yang memadai untuk mendapatkan dana yang optimal dalam mengelola usaha.
Penguatan Strategi Substitusi Impor: Pemerintah perlu merevitilitas strategi Industri Substitusi Impor (ISI) dengan mengembangkan industry kreatif yang menggunakan potensi local sebagai sumber daya yang dapat dilakukan melalui invests dalam Pendidikan, infrastruktur, dan regulasi yang mendukung. Pemerintah dapat memberikan arahan yang jelas terkait Gerakan boikot terhadap produk-produk yang teikat/atau terhubung dengan Israel, agar tidak menggangu iklim bisnis di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H