Electronic Colonialism Theory ( ECT ) menjelaskan bagaimana media mulai melakukan kolonialisme di era posmodernisme dalam hal ini media yang digunakan adalah media elektronik.  Dimana ECT ini mengkaji suatu produk budaya dari negara lain yang memiliki nilai tau kemampuan untuk mempengaruhi bahkan menggantikan produk budaya dari negara asli melalui saluran media.Â
Kajian yang ada di ECT ini diawali dari transaksi ekonomi yang dilakukan media multinasional di bidang komunikasi dan media ke suatu negara dengan membawa budaya-budaya yang dimilikinya. Media multinasional ini melihat bagaimana melalui media dapat meningkatan market share bagi perusahaan serta stake holder-nya sehingga dapat memenuhi kebutuhan wealthy nation.
ECT juga melihat dampak sosiokultur yang dihasilkan media sebagai bentuk kolonialism baru dengan munculnya perubahan perilaku masyarakat yang lebih menyukai produk budaya luar negeri dibandingkan dalam negeri. Dimana membuat munculnya pengaruh yang panjang dari budaya negara core yang disebarluaskan di negara semi phery-phery dan phery-phery.Â
Sehingga dalam hal ini membuat kondisi yang tidak seimbang antar negara-negara berkembang karena tergantungan kepada negara maju melalui sektor hardware maupun software dalam bidang komunikasi, media, teknik, nilai-nilai dan norma-norma yang secara tidak langsung mulai membuat bergesernya budaya local. Dengan kata lain ECT disini berusaha untuk mempengaruhi pola pemikiran masyarakat baik dari sikap, gaya hidup, keinginan serta perilaku.
McPhail mengatakan bahwa fokus dari ECT adalah bagaimana media global dapat berpengaruh pada cara berpikir maupun bertindak masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa ini merupakan revolusi informasi dimana lebih fokus pada peran dari pikiran dan perilaku masyarakat global. Perluasan peran media massa saat ini menjadi budaya yang tersebar dimana berusaha untuk mempengaruhi persepsi, nilai-nilai maupun pola pikir masyarakat.Â
Dan kemudian memunculkan komunitas-komunitas baru yang berkaitan dengan gaya hidup maupun tindakan masyarakat setelah masukknya budaya baru, sehingga terlihat bahwa masyarakat mulai berpindah menjadi bagian dari apapun yang ditonton, didengar maupun dilakukan seperti masyarakat mulai bertindak ataupun berbicara seperti budaya luar. Dengan demikian media saat ini mulai mengendalikan, memproduksi serta menyebarkan budaya secara global untuk mempengaruhi pemikiran masyarakat. Media yang dipasarkan ini juga digunakan untuk menyebarkan budaya maupun prinsip-prinsip dari stake holder.
Sehingga jika dipandang menurut Electronic Colonialism Theory fenomena mengenai media Hollywood yang terjadi saat ini merupakan akibat dari perkembangan komunikasi internasional yang kemudian merubah fungsi dari media yakni menjadi alat kolonialisme baru yang digunakan negara untuk menyebarkan budaya maupun prinsip-prinsip negara. Fenomena media Holyywood merupakan fenomena baru yang muncul karena dinilai merugikan negara importir, sebab dari film-film yang disebarkan media Holyywood membuat Amerika Serikat sebagai negara yang membuat mendapatkan pendapatan baru dari hasil media tersebut.
Hal ini terlihat dari bagaimana film-film Hollywwod dari tahun ke tahun banyak diminati oleh masyarakat dunia, yang kemudian membuat meningkatnya film-film Holyywood yang banyak ditonton maupun di eksport ke negara lain. Terbukti dari data pendapatan film-film yang dikumpulkan oleh Box Office Mojo yaitu
1. Avatar (2009)