Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti BRIN

Hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lima Hari di "Kampung Janda", Mengenal Kehidupan Orang Bajau di Desa Kabalutan

21 Juli 2023   13:15 Diperbarui: 21 Juli 2023   13:34 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemukiman Orang Bajau di Desa Kabalutan (Dokumentasi pribadi, 2021)

Pada April 2021 lalu, saya berkunjung ke Desa Kabalutan, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Desa Kabalutan dikenal sebagai Kampung Janda karena di desa ini terdapat banyak janda muda. Pada 2016, dari 2.421 jumlah penduduk, terdapat 141 janda muda yang berusia produktif 15 -- 30 tahun (timesindonesia.co.id, 16/10/2016). 

Penyebab wanita menjanda di desa ini karena kematian, perceraian, dan ditinggal suami. Wanita di Kabalutan  tidak mau atau dilarang keluarga meninggalkan kampung halaman untuk mengikuti suami keluar dari pulau ini (palu.tribunnews.com, 11/02/2023). 

Dalam tulisan ini saya tidak akan fokus membahas soal janda, tetapi menguraikan kehidupan penduduk di Desa Kabalutan. Selama lima hari di sana, saya menemukan beberapa hal menarik terkait kehidupan Orang Bajau yang dikenal sebagai orang laut.

Wanita Bajau bermain bola voli di Desa Kabalutan (Dokumentasi pribadi, 2021)
Wanita Bajau bermain bola voli di Desa Kabalutan (Dokumentasi pribadi, 2021)

Mayoritas penduduk di Desa Kabalutan adalah orang Bajau, yang hidup dari sektor perikanan dengan profesi sebagai nelayan. Mereka menggantungkan hidup dari hasil laut. Hasil tangkapan mereka terutama adalah ikan dan teripang. Dulu mereka menggunakan perahu sebagai tempat tinggal, sarana untuk menangkap ikan, dan transportasi. Tetapi kini orang Bajau sudah menetap dan membangun pemukiman di atas laut atau di pinggiran pantai. Bahkan dalam perkembangnnya, sebagian dari mereka telah membangun rumah di darat. Permukiman orang  Bajau di Kabalutan terdiri dari sekitar 90% di perairan dan 10% di daratan. Mereka memanfaatkan kayu dan hasil hutan lainnya sebagai bahan membangun rumah.

Pemukiman Orang Bajau di Desa Kabalutan (Dokumentasi pribadi, 2021)
Pemukiman Orang Bajau di Desa Kabalutan (Dokumentasi pribadi, 2021)

Selain membangun pemukiman di atas air, sebagian dari penduduk membangun pemukiman di tengah gugusan karang yang memiliki kawasan berpasir.  Keberadaan karang tidak hanya menyangkut ketersediaan sumber daya, tetapi juga dapat dijadikan sarana perlindungan dari terpaan badai dan gelombang pasang yang sering kali datang tiba-tiba. 

Pemukiman Orang Bajau di Desa Kabalutan (Dokumentasi pribadi, 2021)
Pemukiman Orang Bajau di Desa Kabalutan (Dokumentasi pribadi, 2021)

Selama lima hari atau empat malam di Kabalutan, saya tinggal di rumah Pak Arnol. Rumahnya berada di atas air, sehingga saya selalu melihat banyak ikan di bawah rumahnya. Di depan rumah panggung Pak Arnol terdapat jembatan kayu yang menghubungkannya dengan rumah yang lain. Jembatan kayu itu menjadi lalu lintas pejalan kaki. Meskipun demikian, beberapa rumah tidak terhubung dengan jembatan, sehingga penghuninya harus menggunakan perahu  menuju pemukiman penduduk yang lain. 

 

Pemukiman yang dihubungkan jembatan kayu (Dokumentasi pribadi, 2021)
Pemukiman yang dihubungkan jembatan kayu (Dokumentasi pribadi, 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun