“Aksi damai atau revolusi?”,,,… “Aksi damai satu, dua, tiga, empat”,…. “revolusi satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, dst”. Kira-kira demikianlah pekik revolusi yang sepertinya akan direncakan oleh beberapa umat di masjid Zami Al-Azhar Rawamangun, Jakarta Timur.
Pekikan itu saya dengarkan saat saya terbangun dari tidur dimana ada pengajian yang berbau politik dan sara yang dibawakan oleh salah satu ustad di masjid tersebut. Dari awal ceramah hingga akhir, semua konten ceramahnya berisi hal-hal yang mengundang kebencian kepada kaum yang berseberangan terutama yang berbeda pandangan soal politik, mengingat situasi terkini dalam pilkada DKI.
Dari apa yang saya dengarkan, mereka sudah membuat rencana untuk membuat aksi yang dinamai “aksi damai jilid III” dengan menggalang kekuatan yang lebih besar dari aksi jilid II pada 4 Desember lalu. Rencananya, tanggal 11 Februari mereka akan melaksanakan long march atau dinamakan jalan sehat, tetapi belum jelas rutenya dari arah mana melewati mana hingga kemana.
Ceramah ustad tersebut juga memekikkan agar jangan memilih pasangan nomor urut 2, Ahok-Djarot cukup Agus-Sylvy saja atau Anies-Sandi karena alasan agama. Ahok dikatakan sebagai kafir, koruptor, dan tukang fitnah sedangkan calon yang lainnya dikatakan sebagai calon harapan untuk memenangkan umat muslim di DKI Jakarta.
Satu hal yang mengesankan adalah pekik revolusi yang sudah direncakan secara matang. “kita sudah merencanakan revolusi bersama dengan majelis yang lain, Allahuakbar”, demikian pekik sang ustad disertai dengan alasan “Jokowi sudah tak mampu lagi memimpin di negeri ini, tidak mampu membuat keadilan di negeri ini! Revolusi,…Allahuakbar”. Takbir itu berulang kali terucapkan setiap kata revolusi terucap dari mulut sang ustad.
Revolusi yang direncanakan sudah jelas bermaksud dan bermuara ke arah “makar” yang sudah mulai matang, terstruktur, dan massif. Mereka ingin menggulingkan pemerintah yang ada dengan dalih aksi damai jilid III nanti. Untuk Kapolri dan Jenderal TNI, ini adalah sebuah alarm keras, segera lakukan tindakan yang lebih aktif dan terstruktur untuk mengetahui siapa dalang dibalik rencana aksi ini. Aksi damai memang sah-sah saja, tetapi jika sudah ada rencana revolusi dan makar, tindakan tegas harus diambil karena pemerintah yang sah tidak memiliki alasan yang tepat untuk dimakarkan atau direvolusikan.
Catatan : saya menuliskan berdasarkan apa yang saya dengarkan, kebetulan tempat tinggal saya berada di dekat masjid zami al Azhar Rawamangun. Inspirasi tulisan berasal dari apa yang saya dengarkan, bukan rekayasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H