[caption caption="Foto Presiden Jokowi dengan suku anak dalam yang dipermasalahkan oleh beberapa pihak"][/caption]Dua warga suku anak dalam (SAD), Meriau dan Nyerak, tepatnya di desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kab. Sarolangun, Jambi mengaku senang dengan kunjungan presiden Joko Widodo pada beberapa saat lalu. Ini merupakan kali pertama presiden berkunjung langsung ke SAD dengan tanpa rasa sungkan dan tanpa jarak yang berarti.
Berdasarkan pengakuannya, kedua orang SAD ini beruntung karena orang nomor satu di Indonesia berbicara tanpa canggung sekitar satu jam, presiden dengan ramah menjamah dan berjabat tangan mereka serta mendengarkan curahan dan keluhan SAD, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Mereka mengobrol sambil jongkok, begitu juga dengan presiden Jokowi, tidak perlu bangku atau kursi empuk agar bisa berdialog dengan masyarakat. Apa adanya, yang penting aspirasi masyarakat sampai secara langsung. Meriau dan Nyerak mengaku sempat curhat kepada Presiden Jokowi tentang beberapa masalah di desa mereka. Setelah itu, dia bahkan mengaku tidak bertemu presiden Jokowi kembali.
“pia do (tidak ada), Ake (saya) sumpah tidak ado ketemu lagi. Sudah itu, kami cuma disinilah,” kata Meriau yang merupakan pemimpin suku anak dalam di Bukit Saban.
Begitu juga dengan Nyerak, “usai ngomong kurang lebih dari satu jam dengan Presiden, dak ado dak lagi orang siko naik kesana,”. Berarti, pada saat Presiden bergerak menemui warga suku anak dalam di pemukiman Kemensos, Nyerak mengaku tetap dilokasi awal.
Saya berpikiran, jangan-jangan nanti dialog langsung ini di curigai orang kembali bahwa ini adalah dialog rekayasa. Ya, begitulah orang Indonesia, paling pintar kalo soal ditnah memfitnah tetapi tidak ingin difitnah oleh orang lain.
Terbukti Jelas, Fitnah Selalu Kalah.
Sudah terbukti jelas bahwa tidak ada yang direkayasa dalam masalah foto pertemuan Jokowi dengan Suku anak dalam dan pertemuan Jokowi dengan suku di peristirahatan Kemensos. Pengakuan suku anak dalam tersebut merupakan pengakuan yang berdasar dari hati dan nurani sebab mereka pasti akan berkata jujur mengingat euforia pertemuan dengan kepala negara Republik Indonesia ini.
Jadi, kepada para pihak yang melakukan fitnah yang kejam ini, sudahlah, kembalilah kejalan yang benar. Tidak ada gunanya fitnah yang tidak masuk akal seperti itu. Lebih baik kita bersatu untuk membangun negeri agar semua Nawacita negara republic Indonesia bisa tercapai secepat mungkin.
Fitnah tidak akan melahirkan kebaikan, dan fitnah hanya akan mengundang kebencian yang mendalam. Tidak perlu anda memfitnah seorang presiden yang sedang benar-benar tulus bekerja untuk rakyatnya, toh Jokowi melakukan semuanya apa adanya. Tuduhan rekayasa foto dan gambar, sepertinya tidak mungkin seorang Jokowi yang harus beracting terlebih dahulu sebelum difoto sana sini. Justru, wartawanlah yang selalu mengekor dan mengikuti langkah Jokowi kemanapun dan dimanapun. Jadi, jika terlihat seperti settingan, berarti wartawan yang mengambil foto yang terlalu hebat, karena bisa mengambil gambar atau foto sebaik mungkin untuk konsumsi publik.