40 tahun lalu disudut kota Roma, lahirlah seorang bocah yang ditakdirkan akan menjadi legenda sepakbola serta menjadi ikon kota kelahirannya. Tepat pada 26 September 1976 dan diberi nama Francesco Totti. Orang tuanya mungkin tak pernah berpikiran dan berharap nama anaknya akan sebesar dan seharum sekarang, tetapi jalan Tuhan tiada yang tahu.
Pada usia 8 tahun, dirinya telah bermain untuk akademi sepakbola  AS Roma , Roma Porta Metronia. Kepiawaian dirinya dalam mengolah sikulit bundar memuat staf pelatih AS Roma kepicut untuk mempertahankan dirinya. Pada usia 16 tahun, tepatnya 28Maret 1993, Totti menjalani debutnya di tim senior saat berhadapan dengan Brescia  dengan kemenangan 2-0 untuk AS Roma. Saat itu Roma berada di era kepelatihan Carlo Mazzone. Totti diproyeksikan untuk menjadi second striker sesuai dengan karakter dirinya yang haus gol dan reflektif.
Totti mencetak gol perdananya pada 1 September 1994 melawan Foggia dengan skor akhir 1-1. Sejak saat itu, Totti mulai menggila, mulai menunjukkan kematangannya yang sangat buas sebagai serigala ibukota Italia.
Potensi dan kegarangan Totti di muka gawang lawan membuat banyak klub raksasa Eropa ingin menggunakan jasanya. Misalnya AC Milan yang sedang dalam performa puncak sebagai penguasa Serie A dan Eropa, tetapi berkat tolakan ibunya atas tawaran gaji dan fasilitas mewah membuat Totti tetap berada di kota Roma. Saat itu, usianya masih 13 tahun tetapi sudah membuat klub sekaliber AC Milan tak mampu berkedip mata.
Begitu juga dengan Sampdoria, terlebih hingga 1996 prestasi AS Roma tak kunjung menunjukkan harapan untuk juara. Totti sudah sempat memikirkan tawaran tersebut, yang pasti iming-iming gaji dan fasilitas dijamin lebih baik melihat porspek seorang Totti yang menjanjikan untuk jangka panjang Sampdoria. Beruntung, Totti tidak mengiyakan rayuan nan manis ini hingga Totti tetap memulai segalanya bersama AS Roma, klub yang telah mendidik dirinya sejak usia belia.
Manchester United dan Real Madrid pun tak mau ketinggalan untuk mengikat sang gladiator Roma ini. Kedua klub ini adalah tim sepakbola yang bergelimang gelar, uang, fasilitas super mewah, hingga segalanya bisa didapatkan andai dirinya membubuhkan tandatangannya ke Manchester United atau Real Madrid. Tetapi, sekali lagi, dirinya tetap bersikukuh untuk berada di bawah panji AS Roma.
Loyalitasnya perlahan tetapi pasti berbuah hasil. Pada usia 22 tahun, dirinya sudah diaulat menjadi kapten tim, itu artinya sudah 18 tahun dirinya memimpin perjalanan AS Roma diatas lapangan hijau dan Totti adalah kapten termuda sepanjang sejarah Serie A. Berbagai gelar prestisiuspun diraihnya baik terhadap klub, negara, dan gelar pribadi sendiri.
Musim 1998/1999, dirinya mendapat penghargaan sebagai pemain muda terbaik Serie A berikut gelar juara Serie A pada musim 2000/2001. Supercoppa Italia tahun 2001 dan 2007, Coppa Italia 2006/2007 dan 2007/2008, gelar paling bergensi piala dunia 2006 di Jerman, Â hingga gelar individu prestisius seperti pemain terbaik Serie A tahun 2000 dan 2003, Pemain terbaik Italia tahun 2000, 2001, 2003, 2004, dan 2007 Fifa 100, Sepatu Emas Eropa 2007, top skor Serie A 2007, dan berbagai penghargaan lain yang menggambarkan betapa hebatnya seorang Totti dimasanya.
Total 786 Laga telah dilalui Totti bersama AS Roma dengan 619 laga di Serie A atau sama dengan jumlah torehan Gianluigi Buffon, kiper Juventus. Ia hanya kalah banyak dari legenda hidup AC Milan, Paolo Maldini yang mencatatkan torehan sebanyak 647 pertandingan. Totti juga telah mencetak 307 gol diseluruh kompetisi terhadap AS Roma dengan 250 gol dicetak di Serie A, hanya kalah dari pemegang rekor Silvio Piola (274 gol).
Nama Totti memang tak kehabisan tinta emas, namanya merupakan pemain tertua yang mencetak gol di Liga Champions Eropa pada saat melawan CSKA Moscow, November 2014 dengan usia 38 Tahun  59 hari. Totti juga selalu mencetak gol dalam 23 musim selama bermain di Serie A, hanya kalah dari Paolo Maldini yang memiliki catatan 25 musim selalu mencetak gol.
25 tahun pengabdian adalah bukan waktu yang pendek, sama dengan lamanya era kepelatihan Sir Alex Ferguson di Manchester United, atau seperempat abad tahun Masehi. Tetapi, pengabdian yang begitu tulus memang selalu membuahkan hasil manis.