Apa yang muncul dibenak anda jika mendengar nama Arsenal? Jika anda pecinta sepakbola, sudah tidak asing Arsenal akrab dengan angka nomor 4 (empat). Bagi yang suka nggeledek Fans Arsenal, kadang-kadang angka 4 di generalisasi menjadi angka (akar enam belas) yang bernilai sama dengan 4. Atau kadang-kadang Arsenal kerap dijadikan meme dengan sebutan klub 22(dua kuadrat) yang bernilai sama dengan 4.
Segala angka empat selalu identik dengan klub asal London utara ini karena hampir setiap tahun Arsenal selalu finish di posisi 4 besar. Meski kadang-kadang berada di posisi 2, seperti musim 2015/2016 yang finish di posisi 2, atau 2 musim sebelumnya yang pernah finish di posisi 3. Tetapi, posisi hanya sekedar 4 besar yang tak pernah mengharapkan juara atau kampium liga Premier Inggris.
Meski pada awal musim menargetkan juara Liga Inggris, ekspektasi tinggi selalu dibebankan kepada sang arsitek pinggir lapangan, Arsene Wenger. Hal yang wajar mengingat sudah 12 tahun Arsenal tidak pernah merasakan gelar juara atau sudah 11 tahun sejak Emirates Stadium dibangun menggantikan stadion keramat nan angker, Highbury. Ekspektasi tinggi selalu tidak berjalan dengan harapan. Meski sempat pada awal musim menunjukkan penampilan yang menjanjikan, toh pada akhir musim hanya kepasrahan saja yang bisa kita terima, sekedar berada di 4 besar, tidak lebih dari itu atau yang lebih klasik, finish diatas rival sekota, Tottenham Hotspurs.
Terkadang, meskipun saya fans sejati Arsenal, saya agak jengkel juga ketika mendengar angka 4. Pernah saat kuliah dikampus, dosen saya sedang menunjuk angka 4 didepan kelas dan tiba-tiba ekspresi teman-teman saya mengarah ke saya yang kebetulan hanya saya yang menjadi Fans Arsenal dikelas. Mereka terlihat ngeledekdengan ketawa sinis, membuat saya agak sedikit minder karena Arsenal dengan angka 4 sudah menjadi bahan untuk mengolok-olok saya dimanapun berada, baik dikelas saat kuliah, di warung kopi, di tongkrongan, di rumah, dimanapun dan kapanpun.
Saya pernah mempresentasikan tugas kuliah statistik yang kebetulan saya menyebut . Sontak teman-teman saya langsung menyebut “Arsenalllllllll” sambil tertawa terbahak-bahak. Semuanya jadi dihubung-hubungkan dengan angka 4 agar bisa menjadikan saya sebagai bahan tertawaan.
Meski demikian, semalu apapun dibully karena mendukung Arsenal, rasa cinta kepada Arsenal tidak pernah luntur. Ibarat cinta mati dengan kekasih, begitu juga dengan saya, cinta mati dengan Arsenal yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Harapan juara tetap diekspektasikan, tidak hanya sekedar 4 besar. Victoria Concordia Crescit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H