Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cikeas Family, Denny Siregar dan Masa Depan Partai Demokrat di 2024

6 Mei 2020   14:22 Diperbarui: 6 Mei 2020   14:30 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusrasi Keluarga Cikeas dengan Denny Siregar. Sumber: tribunnews

Kelemahan ini jelas menjadi batu sandungan bagi Demokrat, belum lagi kepastian bisa mencalonkan AHY 2024 belum tentu berjalan mulus karena harus memenuhi syarat Presidential Treshold sebesar 20%. Butuh sekitar 13% suara lagi untuk menggenapinya, itupun jika ada partai yang mau berkoalisi karena jejak Demokrat 2 Pilpres belakangan terlihat selalu bermain dua kaki.

Dari hitung-hitungan ini, jelas sulit mencari peluang Demokrat menang di 2024, apalagi pak Prabowo saat ini berkoalisi dengan Jokowi, besar kemungkinan Prabowo dan PDIP akan bersatu di 2024.

Lockdown sebagai Percobaan Pertama.

Dalam situasi Pandemi Covid-19, seluruh dunia dilanda tanpa kecuali. Beberapa negara menerapkan lockdown, meski tak ada satupun negara yang sukses meski lockdown dilaksanakan. Malah, beberapa negara bahkan lebih parah dari Indonesia, macam India dan Italia.

SBY terbilang kalem, mungkin sikap santainya memikirkan soal pribadinya sebagai tokoh pemersatu dalam kondisi ini, kurang tepat untuk protes sana sini, meski beberapa kali juga mengomentari kebijakan pemerintah agar menerapkan lockdown.

Tapi yang pasti, Demokrat adalah partai yang menyuarakan lockdown, disaat Jokowi sedang mencari cara agar bagaimana bisa menerapkan mengatasi Covid-19 sekaligus mempertahankan perekonomian negara. AHY juga menyampaikan hal itu dalam pidatonya sebagai ketua umum Demokrat yang baru.

Masih ingat bulan Maret lalu dimana walikota Tegal memberlakukan Lockdown secara sepihak tanpa persetujuan pemerintah pusat. Padahal, Jokowi sebelumnya dengan tegas menyatakan bahwa lockdown adalah wewenang pusat, bukan daerah. Walikota Tegal itu menutup jalan untuk menghalangi kendaraan yang mau masuk ke Tegal, hal ini tentu makin memperumit kerja pemerintah pusat, bukannya malah mempermudah.

Anda tau dari partai mana yang mengusung walikota tersebut? Ya, tentunya dari Demokrat, mantan ketua DPC Demokrat di Brebes. Walikota Malang juga sempat menerapkan lockdown, kader Demokrat itu sendiri. Tak ketinggalan Gubernur Papua, Lucas Enembe yang merupakan kader Demokrat.

Dari kasus diatas, narasi lockdown bukan tanpa disengaja, tetapi dibangun lewat partai secara terorganisir agar semua kader dibawah menerapkan dengan mengabaikan instruksi dan komando dari pusat.

Padahal, kita mestinya berkaca, tidak ada negara yang sukses menerapkan lockdown, malah yang terjadi adalah masalah sosial lainnya seperti kelaparan, kerusuhan, kriminalitas, dan lain-lain.

Kini, narasi lockdown sepertinya gagal digaungkan oleh petinggi partai, bahkan oleh SBY sebagai usaha untuk mengambil simpati rakyat hingga sang anak yang masih SD bisa jadi dijadikan tumbal pencari simpati rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun