Pemerintah tengah serius mengkaji dan menguji coba Bahan bakar jenis Biodisel 30% atau populer disebut dengan B30. Uji coba implementasi telah dilakukan sejak November 2019 lalu dan telah menyerap 72 ribu Kilo liter Biodisel. Implementasi ini juga dilakukan seiring dengan berhasilnya implementasi dari generasi sebelumnya, B20.
Hasilnya sangat menggembirakan. Pemanfaatan biodisel terhadap kinerja mesin untuk kapasitas 3,5 ton ternyata mengalami peningkatan daya. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM hasil road test B30 daya mesin meningkat 0,84%, konsumsi bahan bakar meningkat 0,87%.
Emisi CO menurun 0,1-0,2 gram/km, emisi PM menurun 0,01-0,08 gram/km, emisi THC peningkatan maksimum 0,02 gr/km, emisi Nox peningkatan maksimum 0,3 gr/km, lalu tekanan bahan bakar tekanan delta cenderung meningkat 7.500-15.000 Km.
Meski penggantian filter kendaraan sedikit lebih awal bagi kendaraan baru dalam rentang 7.500-15.000 Km, penggantian filter pada periode berikutnya akan kembali normal.
Tahun 2019 ini, telah dilakukan uji coba di beberapa tempat di daerah Jakarta khusus untuk B20 ini. Pada awal 2020, dilakukan beberapa titik serah dan volume B1000 untuk trial B30 salah satunya ada di Jakarta, Boyolali dan Medan.
Soal harganya, B30 ditetapkan akan sama dengan harga solar biasa. Jika seandainya ada selisih harga dengan harga Internasional MOPS, maka pemerintah akan berencana mensubsidi melalui anggaran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Menghemat Devisa Negara
Penggunaan B30 bagi kebutuhan bahan bakar disel di Indonesia merupakan sebuah industri yang besar. Bayangkan, selama pelaksanaan program B30, diperlukan setidaknya 9,6 juta kiloliter Fatty Acid Methyl Ester (FAME) di 2020. Jumlah tersebut naik pesat dibanding kebutuhan FAME tahun 2019 sebesar 6,6 juta Kilo Liter.
Kebutuhan besar akan Solar yang disubstitusikan oleh B30 ini akan menekan angka impor solar negara Indonesia. Menurut Deputi Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud di acara Forum Merdeka Barat (FMB9) pada hari Senin, 9 Desember 2019 menyatakan bahwa B20 mampu menggantikan impor solar sebesar 3,5 juta kilo liter.
Nilai impor solar yang dihemat setara dengan US 3,5 Miliar Dolar atau sebesar Rp 51,57 Triliun. Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi 45 juta ton/tahun 2019. Negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Tiongkok, Uni Eropa, India, AS, Pakistan, Bangladesh, Timur Tengah dan Afrika. Itu masih nilai impor yang ditekan.