Mohon tunggu...
Jhon Kris Dwitama W.
Jhon Kris Dwitama W. Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Mahasiswa, Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

New Normal dalam Membentuk Tatanan Lingkung Baru

26 Juli 2020   21:07 Diperbarui: 26 Juli 2020   22:58 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu sebabnya, ungkapan "buang lah sampah pada tempatnya" menjadi gagasan yang harusnya dilakukan. Namun mengapa masih sulit bagi semua orang untuk melaksanakannya? Padahal sedari dini kita telah diajarkan untuk memiliki prinsip mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang (reduce, reuse, recycle; 3R) sampah.

Kesadaran Kolektif Masyarakat

Menilik Korea Selatan sebagai salah satu negara yang memiliki sistem pengelolaan sampah dan limbah yang sangat baik, bahkan oleh masyarakatnya sendiri dianggap merepotkan. Disebut sebagai sistem karena sedari sampah itu akan dibuang, sampah tersebut harus melalui proses dan kualifikasi yang benar.

Misalnya ketika sudah selesai mengkonsumsi minuman berperisa kemasan botol plastik, isi dari sisa minuman tersebut harus dibilas bersih, lalu botol dan plastik pembungkusnya harus dipisahkan hingga nantinya dibuang dalam tempat sampah yang terpisah.

Begitu juga jenis sampah yang lainnya, sampah dibuang terpisah tergantung jenis kategorinya. Tujuannya adalah memudahkan pengelolaan sampah dan limbah.

Hal ini adalah bentuk partisipasi aktif pemerintahaan Korea Selatan dalam menciptakan pemukiman masyarakat dengan lingkungan hidup yang sehat dan ramah lingkungan. Tujuannya agar masyarakat memiliki budaya untuk hidup bersih dan menghargai lingkungan, sebagaimana alam menyediakan sumber daya kepada manusia.

Ini adalah bentuk dari sinergitas atau keterkaitan alam, sosial, dan ekonomi. Hubungan ini memang benar adanya. Manusia dalam saling memanfaatkan sumber daya alam dari lingkungannya untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menguntungkan.

Manusia yang sudah jelas mengancam kelangsungan banyak sekali makhluk hidup di dunia ini seharusnya mulai sadar akan perbuatannya. Mungkin ini yang Bumi coba untuk menyadarkan kita.

Sebenarnya, kalau dibandingkan dengan masa-masa yang telah berlalu, kini kesadaran manusia dalam menjaga ekosistem makhluk hidup tentu lebih baik. Cukup banyak orang-orang yang sudah mulai memperhitungkan masalah lingkungan dengan melakukan tindakan nyata. Namun kesadaran ini cenderung pasif, dan hanya dilakukan oleh segelintir masyarakat saja---yang bahkan mungkin tidak sampai sepertiga dari populasinya.

Pemerintah kita seharusnya sudah harus melakukan tindakan yang lebih lagi mampu mengendalikan isu ini. Bukan hanya sekedar membuka pergerakan ekonomi tanpa betul memperhatikan aspek-aspek penting lainnya.

Masyarakat semestinya bukan hanya ditekan sampai pada instrumen kesadaran diri agar memiliki tahapan kesadaran awareness, yaitu mengacu pada pengetahuan dasar untuk mempersepsi, merasakan, dan mengetahui sesuatu.

Pemerintah perlu mendorong tahap perilaku kesadaran consciousness masyarakat, yaitu kesadaran lebih kompleks atau kolektif terhadap suatu pengetahuan dalam struktur pikiran, hingga akhirnya membentuk suatu perilaku yang berkelanjutan akibat dari adanya aksi dampak nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun