Dan nilai tambah pada film 'Kapan Kawin' adalah ketika Satrio dan Dinda berdialog, kelihatan betul bahwa mereka tidak seperti menghapal naskah. Inilah kelebihan ketika aktor sudah mendalami si tokoh dengan tingkatan kedalaman yang pas.Â
Sehingga si tokoh jadi kelihatan lebih rill, tidak lebay, dan seolah-seolah jadi alien sekali. Justru Satrio dan Dinda benar-benar disajikan selayaknya manusia pada umur tiga puluh tahun lebih.Â
Di mana mereka sudah pasti memiliki masalah hidup masing-masing. Nah... masalah yang dimiliki oleh karakter ini berhasil pula ditampilkan dengan baik. Terlihat jelas bagaimana ketika Satrio dan Dinda memberikan gesture tubuh yang kurang nyaman jika mereka diajak obrol mengenai isu-isu sensitif. Dinda masalah kawin. Satrio masalah aktor. Pada akhirnya Dinda dan Satrio ini bisa jadi lebih rill karena dunia penokohan kedua karakter ini berhasil digali dengan baik oleh Adinia dan Reza.
3. Ini Film Indonesia.
Pertama, kamu harus terus mendukung film indonesia biar industri perfilman indonesia menjadi lebih baik. Terbukti banyak sekali film Indonesia yang sudah memikirkan bagaimana cara membuat skenario yang baik dan shooting dengan production value yang tinggi. Nah pada titik inilah nantinya film rom-com macam 'Kapan Kawin?' bisa akan hadir sehingga genre film di Indonesia pada akhirnya juga akan baik.
Kedua, jika kamu penggemar film impor pasti akan ada rasa jauh ketika kamu mendengar dialog yang disajikan oleh film tersebut. Kamu pasti akan berasa jauh, biar kamu bilang bahwa filmnya bagus, kisahnya gue banget, tetap saja kamu akan berasa jauh karena kamu tidak merasakan dan mengetahui budaya tempat dimana film itu dibuatkan.
Jadi pada intinya aku cuma bilang kepada kalian. Bahwa kamu tidak akan menyesal bila menonton 'Kapan Kawin'?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H