Mohon tunggu...
jhon merari
jhon merari Mohon Tunggu... Visual Artist, Writer, and Content Creator -

Produsen Konten / Instagram : @kalikalire / email : jhnmerari@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bilang Iya Ternyata Tidak - Bagian Pria

19 Januari 2019   16:17 Diperbarui: 19 Januari 2019   16:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia berputar dalam kelam temaram. Aku coba diam menerka malam. Sungguh mengejutkan dunia hanya berbentuk segi lima. Segala kemungkinan ternyata menutup pikiran dan intuisi. Aku sama sekali tidak mampu menerka segala maha informasi. Seolah-olah segala informasi mengalir deras memenuhi kepala yang tertutup rapat dan sempit. Barangkali volume otak aku sudah menyempit tidak seperti dulu. Di mana segala informasi diolah menjadi bahan riset dalam  melakukan segala tindak tanduk dalam diri. Namun semua seolah diringkus di dalam maha sesmesta.

Kapan dunia berhenti menerka. Seharusnya manusia tidak banyak bertanya kepada manusia. Manusia seharusnya tunduk di bawah penguasa semesta. Tingkatan semesta begitu berlapis-lapis. Manusia adalah tingkatan terkecil dan tak bernilai bila dibandingkan matahari. Manusia hanya sebutir debu bila dilempar ke jagat raya. Begitu banyak orang merasa punya daya menguasai. Padahal apa yang dikuasi di sini hanya seonggok kotoran tak penting. Jadi janganlah menganggap dirimu sebegitu penting bila ternyata memang hanya sebatas kotoran semata.

Tubuh kini merapuh. Perlahan anggota tubuh terlepas dan diiris seperti potongan daging. Aku bukan lagi sebuah manusia. Aku adalah potongan atom di antara segala jagat raya. Aku tidak peduli lagi terhadap nilai, materi, status. Semua itu hanya kotoran bila ditebarkan di segala semesta yang kutinggali sekarang. Manusia hanya debu dan tidak bernilai. Aku bukan manusia lagi. Aku adalah satu atom yang berkontribusi bagi semesta. Bila satu atom terpecah belah maka konstruksi segala semesta bisa bergoyang. Aku adalah semesta. Dan semesta adalah aku. Mungkin. Barangkali. Iya. Tidak.

Tiba-tiba aku melihat satu tubuh terpotong lagi. Dan kesadaran tubuh itu berubah menjadi sebutir atom baru. Aku mengetahui siapa dia. 

"Aku seperti ingin mengulumnya."

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun